Halaman:Amerta - Berkala Arkeologi 1.pdf/14

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
7. Candi Gebang (Yogyakarta).

atau diperiksa dapat dilihat oleh para pengunjung? Apakah saksi-saksi yang tampil ke muka dari kegelapan itu dengan sendirinya lantas mulai bercerita tentang zaman waktu mereka dipergunakan orang, tiada bedanya dengan periuk-periuk dan panci-panci dari dongengan yang menceritakan pengalamannya masing-masing setelah semua orang tidur? Ah, kami tak perlu membohongi tuan, Tuan tahu sendiri betapa celakanya kalau tuan berjalan-jalan di museum sedangkan tak ada yang memberi keterangan seperlunya. Atau bagaimana tuan, jika datang di lapangan kepurbakalaan akan segera lebih memperhatikan pemandangan alam sekitarnya daripada candinya sendiri.

Batu-batu dan saksi-saksi lainnya dari masa silam itu dari sendiri tiada akan berbicara atau hanya sedikit sekali, tetapi mereka itu dapat juga mengobrol asal saja ada "pendengarnya yang istimewa” atau jika mereka dengan pertanyaan dipaksa berbicara. Dan inilah tugas ahli purbakala, orang yang berusaha menyelidiki cerita apa saja yang terkandung dalam batu-batu mati dan bekas-bekas lainnya itu. Caranya ialah: mula-mula sekali bahan-bahan itu ditimbulkan dari kegelapan tadinya dan diusahakan menggambarkan sebaik-baiknya kita lihat dan akan kita lihat lebih jelas lagi nanti dalam karangan Inspektur Bangunan. Kemudian diuraikan seteliti-telitinya dan diukur, digambarkan, dan diumumkan dalam sebuah karangan. Sementara itu dicarikan keterangan tentang untuk apa dahulu benda itu digunakan dengan lain perkataan: Sekarang diadakan ”tafsiran”. Bangunan apakah itu: rumah, istana, kandang, kuil? Jika kuil, untuk dewa siapa? Menggambarkan apakah relief-relief itu, kitab-kitab manakah yang telah diturut, maksud apakah yang menentukan pilihannya? Patung-patung apakah yang ada di dalamnya? Hiasan-hiasannya bagaimanakah perkembangannya dari masa ke masa, apakah dipergunakannya sebagai hiasan belaka ataukah ada artinya yang dalam, sebagai perlambang? Berasal dari zaman manakah bangunan itu, siapa yang mendirikannya, orang-orang apakah “yang hidup waktu itu? Pertanyaan-pertanyaan yang tiada habisnya, tanda-tanda tanya yang tiada habisnya, pun di belakang jawabannya sebab apakah yang kita ketahui dengan pasti tentang masa silam yang telah lewat demikian lamanya?

Bahan-bahan kepurbakalaan itu dapat berasal dari berbagai-bagai lapangan penghidupan. Dapat bertalian dengan agama, kesenian, hidup kemasyarakatan teknik, pelayaran, pertanian dan apa saja lainnya. Seringkali diperlukan ahli-ahli yang khusus untuk mengemukakan pendapatnya mengenai lapangan-lapangan yang khusus. Ahli sejarah seni, ahli bangunan, ahli sejarah, tetapi juga ahli pertanian, pelaut, dan sebagainya, masing-masing dapat memberi penjelasan mengenai sesuatu soal. Demikianlah para ahli ilmu hayat telah dapat menetapkan tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang apakah yang terlukis di relief-relief Borobudur, seorang nahkoda telah memberi keterangan tentang seluk beluknya kapal yang pula terlukis di Borobudur, seorang ahli kimia memberi keterangan tentang campuran perunggu dari arca-arca logam, dan seorang koki mungkin lebih mengetahui daripada profesor dalam arkeologi tentang makanan-makanan pada sesuatu selamatan yang terpahat di relief. Demikian kita dapat melanjutkan terus beraneka contoh. Satu-satunya yang diperlukan untuk memajukan ilmu purbakala ialah melihat sebaik-baiknya, faham sungguh-sungguh akan lapangan ilmu sendiri, dan bekerja hati-hati. Tetapi dengan demikian saja orang belum jadi ahli arkeologi, sebab ahli purbakala ialah orang yang menjadikan pekerjaan penyelidikan terhadap kepurbakalaan itu, baik pengusutan dan pemugarannya maupun hal mempelajarinya dalam hubungannya satu sama lain, sebagai lapangan kerjanya yang khusus karena ja-

8