Begitu Sutan Barbangso menjawab, mendengar perkataan demikian, berkatalah Sutan Kayo, tentang Salima istri Barbangso, nan diceraikan tidak ada sebaik dirinya, pandai berjualan dan berhitung, laku elok perangai elok, Barbangso mendengar perkataan mande, mande bersifat lain pada orang, bermulut kasar ke orang, pantang tersinggung mande Barbangso, mulut kasar pada minantu.
Mendengar kata Sutan Kayo, menjawab Sutan Barbangso, itu sebenarnya kata Kayo, akibat hasutan fitnah, sampai bercerai anak istri, menyesal badan bercerai, teringat elok si Salima, dicoba berjualan di Aceh, siancek pergi ke gurun, jangankan bertambah turun, sampai bergelimang dengan hutang, begitu benar perasaian, katanya Sutan Barbangso, dalam berkata-kata, teringat akan buruk mandehnya, mandeh silangkanas, silangkanas lalat tua, banyak pula orang bemandeh, tidak serupa mandeh kita, dapat mande cilako, orang elok ia bengis, mande rakus oleh harta, maka bercerai si Djamaris, kini adik kandung menjanda, susah orang jadi suaminya, selagi hidup juga mandeh cilako, alamat Aminah janda tua, katanya di dalam hati, mengkal hati Barbangso, melawan dia dalam hati, sudah takdir garak Allah, dapat mande cilako.
Pada hari berikutnya, kira-kira pukul tujuh pagi, melereng lewat ke kedai, si Salima janda Sutan Barbangso, tampak anak si Ripin, anak kandungnya kemanakah, bapak hilang saja selama ini, mendengar kata anaknya, sedih hati Barbangso, berkata dengan hati sedih, saya berkedai di Aceh, mana kalian nan berenam, adakah badan sehat saja, lalu menjawab si Ripin, adik saya nan sakit, tergeletak di tempat tidur, tiga hari tidak bangun, berkatalah si Ripin, tersirap darah di dada, sakit kini adikmu Baiti, adikmu nan kecil kata Barbangso, menjawablah si Ripin, pulanglah bapak melihat, tidak ada orang di rumah, mendengar perkataan anak kandung, berjalanlah Sutan Barbangso, Ripin mengikut di belakang, diiringkan bapak sampai pulang, sesampai di rumah Salima, berkata Sutan Barbangso, berapa lamanya si Baiti sakit, adakah termakan olehnya
41