kemuka, langsung tangan dicuci, dan makanlah Sutan Jamaris, nasi disuap dua suap, pikiran ke rantau juga, badan serasa di negeri Riau, selesai makan dicuci tangan, dihisap rokok sebatang, asap mendulang ke udara.
Lalu berkata Sutan Jamaris, manalah mandeh kandung, maksud hati hendak merantau, dicoba untung ke rantau orang, beri izin saya berjalan, kata Sutan Djamaris beriba hati, mendengar perkataan anak kandung, tidak baik anak berjalan, baiknya anak di kampung saja, buruk baiknya cepat tahu, merantau ke negeri orang, mencari uang juga, di sini ada pekerjaan, nan akan dihadapi, bergaji pula kata mande kandung, menjawab Sutan Djamaris, “Oi mandeh kandung saya, benar saya bekerja di nagari, bekerja ibarat kiambang, dalam kolam ikan akarnya, tidak terhunjam sampai ke tanah.
Besar air kiambang, hanyut tidak ada urat tunggangnya, untuk bertahan pekerjaan, tidak ada kepandaian, tidak ada keahlian, saya masih muda baru, lantas angan mencari pangkat, tolong oleh mande dengan doa, hidup merasai semoga senang, hujan dan panas saling berbalasan, supaya terlihat juga berhasil, seperti orang kata Sutan Jamaris, menjawablah mandenya, kalau anak mau berdagang, bersungguh-sungguh usah bersimpang, lurus nan benar dipakai, menimbang benar-benar, uang nan dimakan bermanfaat, berbicaralah dengan mulut manis, jangan kamu bersempit hati, pembeli adalah raja, adat orang berdagang, makan berdiri minum berlari.
Belanja berhemat-hemat, jika pandai berbelanja, sehari satu helai banang, lama-lama sehelai kain, sajauh-jauh perjalanan, tetap dimulai dari langkah pertama, kalau nak mulia bertebur urai, jika ingin kaya berhemat-hemat, kalau anak bekerja, dapat kerja nan berpangkat, pandailah tenggang menenggang, baik dengan kawan sesama bekerja, biarpun dengan kawan dibawah kita, berjalanlah lurus berkata benar, dengki kusumat jangan dipakai, usah iri hati pada kawan, kawan naik pangkat kita dengki, sifat seperti itu jangan
kamu pakai.
27