Halaman:Album wayang kulit banjar.pdf/24

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
13. JAMBU LETA PETRUK
13. JAMBU LETA PETRUK

13. JAMBU LETA PETRUK

Jambu Leta adalah pembantu /abdi (punakawan) di pihak keturunan ksatria tokoh Protogonis. Sebelum berubah wujud ia bernama Bambang Petruk Panyukilan, anak pendeta raksasa bernama Begawan Salantara yang tinggal di pertapaan dalam laut. Dalam kitab Mahabarata Petruk tidak ada kisahnya, dan kehadirannya dalam pedalangan merupakan gubahan asli Jawa. Petruk pernah menjadi raja di Ngrancang Kencana, bernama Wel Geduwel Beh. Kesaktiannya pada waktu itu bersumber dari pusaka Amarta yaitu Jamus Kalimasada. Petruk bermata juling, hidung panjang, mulut lebar, bibir tersenyum dan rambutnya dikuncir. Petruk mempunyai istri bernama Dewi Ambarawati, putri Prabu Ambaras Raya, raja Negara Pandan Surat. Dalam perkawinan ini mereka mempunyai anak pria yang diberi nama; Lengkung Kusuma. Petruk selalu hidup rukun dan berdampingan dengan Semar, Gareng dan Bagong. la selalu hidup rukun sebagai satu keluarga, bila tidak ada kepentingan yang istimewa, mereka tidak pernah berpisah satu sama lainnya.

13. JAMBU LETA PETRUK

Jambu Leta is a servant (punakawan) of the descendants of protagonist knights. Before he was transformed into his recent figure, his name was Bambang Petruk Panyukilan, son of a giant holy man named Begawan Salantara who lives in an underwater monastery. In the Mahabharata text, there is no story about Petruk, and his existence in the wayang world is entirely of Javanese origin. Petruk was once appointed a king in Ngrancang Kencana, titled Wel Geduwel Beh. His power at the time was obtained from the heirloom of Amarta, namely Jamus Kalimasada. Petruk is cross-eyed. He has a long nose and a wide mouth. He always smiles and his hair is tied on top of his head. He has a wife named Dewi Ambarawati, daughter of Prabu Ambaras Raya, who is the king of Pandan Surat kingdom. They have a son named Lengkung Kusuma. Petruk lives in harmony with Semar, Gareng, and Bagong as a family. Unless there is a special duty, they are never apart.

18