Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
adat dilakukan oleh lapisan rendah. Tari-tarian itu misalnya tidada'a atau tidilo-tonggalo dan tidilo palo-palo. Akan tetapi dikalangan mereka sudah banyak juga orang yang sudah luas pandangannya, beranggapan bahwa tarian-tarian tersebut sudah menjadi milik semua lapisan (miliki rakyat), karena sekarang semua manusia adalah sama dihadapan Tuhan dan semua apa yang ada di atas bumi ini, adalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, kini secara berangsur-angsur tari-tarian tersebut sudah dipanggungkan dan dilakukan oleh lapisan tuangolipu dan wato.
2. Perubahan-perubahan dalam stratifikasi sosial.
Yang pertama-tama merubah sistim pelapisan pada masyarakat Gorontalo, ialah dengan dianutnya agama Islam oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan atas raja-raja dan bangsawan. Raja Amaye pada abad 16 adalah pemeluk Islam yang pertama menghapuskan adat istiadat yang bersifat takyul yang bertentangan dengan ajaran agama Islam seperti kepercayaan kepada roh-roh, makhluk-makhluk gaib dan menghapuskan perbudakan, kasta-kasta, sehingga berangsur-angsur pelapisan sosial itu mengalami perobahan.
Dengan pengaruh Islam, rakyat biasa (lapisan tuangolipu), mempunyai wakil-wakil dalam bidang pemerintah yang diputuskan dengan musyawarah dan mufakat dalam "Bantayo Popoboide" bangsal musyawarah. Yang mewakili rakyat biasa dalam musyawarah ini ialah golongan tilotiyamo (golongan ibu bapa) dan golongan tiyambu (golongan kakek-nenek). Golongan inilah yang melaksanakan peraturan sebagai hasil musyawarah, menjalankan keputusan dan menjaga pelaksanaan adat istiadat, yang disesuaikan dengan fatwa orang tua-tua yaitu " Mohuyula tokaraja " tolong-menolong dalam setiap urusan pekerjaan ).

67