Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/74

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
kan makanan yang digemari oleh almarhum/almarhumah pada waktu ia masih hidup. Karena menurut kepercayaan arwahnya ikut hadir bersama-sama dengan orang-orang yang selamatan pada saat itu.
Upacara terakhir dari pada adat kematian ini, ialah dengan adanya pemasangan batu nisan setelah 40 hari meninggal. Batu nisan yang hendak dipasang dihiasi dengan bunga-bungaan dan diiringi dengan syair (tinilo) oleh orang tua-tua sampai batu itu selesai dipasang. Upacara dilanjutkan di rumah dengan acara makan dan pemberian bakekati (kotak kuwe) yang berisi kue dan uang ringgit kepada para kerabat atau kepada mereka yang hadir dalam upacara itu.
C. SISTIM KESATUAN HIDUP SETEMPAT.
1. Bentuk kesatuan hidup setempat.
Pada mulanya sekelompok kerabat yang disebut ungala'a/ilato (keluarga luas), menempati suatu wilayah tempat tinggal yaitu ambua. Makin lama ambua ini makin luas karena sudah merupakan tempat tinggal dari gabungan-gabungan ungala'a/ilato, sehingga akhirnya terjadilah satu desa disebut linula.
Linula atau desa dewasa ini didaerah Gorontalo ada yang letaknya mengelompok padat dan ada yang masih terpencar, tetapi desa-desa ini pada umumnya terletak menghadap jalan lurus dan dibelakang desa terbentang ladang dan sawah. Antara anggota-anggota ungala'a dalam desa itu sudah terjadi kawin mawin, sehingga dapat dikatakan warga linula/desa saling kenal mengenal dan pergaulan mereka sangat erat. Gotong royong dalam hal perkawinan, molontalo (tingkep), kelahiran, sunatan, momuhuto (haid), kematian dan hari-hari raya Is-

63