Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/289

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Namun demikian, keakraban dalam pergaulan ini tergantung dari pola menetap keluarga batih. Apabila keluarga batih tadi menetap dengan kerabat isterinya, maka anak-anak akan lebih akrab bergaul berhubungan dengan kerabat ibunya. Meskipun dalam hal ini ia tidak akan mengabaikan begitu saja kerabat ayahnya, begitu pula sebaliknya.

Dalam sistim istilah kekerabatan, sapaan untuk ayah adalah 'amang' atau ama', sedang untuk ibu adnlah 'inang' atau ina'. Sapaan biasanya ditambah dengan nama anak laki-laki yang pertama. Bagi saudara laki-laki ayah, maupun saudara laki-laki ibu semuanya diperlakukan sama. Hanya dibedakan dalam satu istilah yang menunjukkan tingkatan dan urutan senioritas/yunioritas dalam kelahiran. Sapaan dalam sistim istilah kekerabatan yang ada ialah 'akang' untuk yang ketiga, dan 'hembo' untuk yang bungsu. Istilah ini hampir dipakai pada semua tingkatan, maksudnya bauk untuk menyapa sesama saudara sekandung dari 'ego', paman dan bibi dari ego, maupun juga anak-anak ego.

Untuk membedakan antara laki-laki dan wanita, maka istilah tadi mendapat kata tambahan opo untuk laki-laki, dan wawu untuk wanita.

Demikian, seseorang ( ego ) dapat menyebut saudaranya laki-laki yang tua dengan' 'i opo akang', sebutan mana berlaku juga untuk anaknya laki-laki yang tertua dari kakeknya, ayahnya maupun ibunya. Sedangkan dalam hal yang sama tetapi untuk wanita, disebut dengan 'i wawu akang',

(lihat gambar 1 di bawah ini ).

278