Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/273

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Beberapa keterangan yang dempat dikumpulkan mengenai bahan pakaian ini, dulu tidak hanya terbuat dari serat manila hennep, tapi ada juga yang terbuat dari serat kulit kayu.
Bahan-bahan ini, sebelum dijahit, dicelupkan kedalam cairan air nira yang menjadikan kain (bahan) baju tersebut menjadi berwarna merah. Ada juga cairan dari daun-daunan maupun akar-akar tertentu dan menghasilkan warna-warna biru, merah darah dan warna-warna tertentu sesuai dengan kemauan si pemakainya.

Seperangkat pakaian upacara yang biasa dipakai terdiri dari baju panjang, ikat pinggang dan ikat kepala, dengan warna-warna dominant merah, hitam dan biru.
Biasanya pakaian adat istiadat itu dipakai/dipertunjukkan pada hari-hari penting seperti : hari raya, dahulu disebut "Mohobing Datu". Perayaan hari perkawinan/peminangan, dalam upacara, penasbihan bidang desa, juga pada waktu penasbihan tukang besi, pesta-pesta kawin dan lain-lain hari yang luar biasa dan sekarang ini masih dipakai oleh penari-penari lelaki dan wanita.
Bentuk model pakaian tersebut, untuk kaum lelaki atau perempuan hampir sama bentuknya menyerupai baju (juhan) yang disebut "laku Tepu" perbedaannya hanya sedikit yakni baju kaum lelaki panjangnya sampai mencapai pertengahan betis.

F. PERHIASAN.

Cara berakaian untuk kaum lelaki baju tersebut disertai dengan celana panjang dari kain kofo juga yang serupa warna bajunya dan dipakainya juga ikat lenso kepala dari kofo yang juga disebut " Paporong ".
Ikatan lenso kepala ada bermacam-macam bentuk

262