Halaman:Adat Istiadat Daerah Sulawesi Utara.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

rendah dan hanya sebahagian kecil saja yang terletak pada sepanjang sungai, karena pada umumnya penduduk dimana raja mereka membangun desa mudah sekali mendapatkan air dengan menggali sumur. Setiap desa mempunyai mesjid dan langgar dan balai desa sendiri yang merupakan ciri dari pada suatu desa. Yang menonjol ialah bangunan mesjid atau langgar. Masing-masing desa mempunyai satu sampai tiga buah mesjid atau langgar dan letaknya sepanjang jalan desa sesuai dengan letak rumah-rumah desa. Antara rumah yang satu dengan yang lain dibatasi pekarangan-pekarangan yang luas, rata-rata berjarak 50 meter (ada yang berjarak 10 meter dan ada yang 200 meter), sehingga desa-desa tidak mengelompok padat. Kecuali desa-desa dibahagian Kotamadyanya. Pada umumnya dibelakang rumah-rumah desa sudah merupakan daerah perkebunan/ladang atau sawah.

Bentuk-bentuk rumah empat persegi panjang ada yang setengah rumah panggung yang tingginya satu meter atau setengah meter. Bahan yang digunakan untuk dinding dan lantai adalah buluh yang dianyam, atapnya dibuat dari daun rumbia atau daun kelapa. Ruangan-ruangan rumah terdiri dari : bahagian depan tempat menerima tamu, kamar-kamar tidur bahagian tengah, dapur di bahagian belakang dan tempat menyimpan barang adalah dibahagian atas loteng.

B. GAMBARAN UMUM TENTANG DEMOGRAFI.

Penduduk asli daerah Gorontalo menurut J.G.F. Riedel adalah termasuk ras Polinesia yang datang dari sebelah Utara (J.G.F. Riedel, 1870, hal. 64). Akan tetapi sebelum kedatangan mereka daerah ini sudah ada penduduk yang mendiaminya yang masuknya dari sebelah Barat. Oleh orang-orang Gorontalo mereka disebut Hololontalangi (pengembara). Kemudian

12