Halaman:ADH 0083 A. Damhoeri - Sesudah Minangkabau Berbenteng Adat.pdf/1

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

Untuk: "SINGGALANG":

SESUDAH MINANGKABAU

BERBENTENG ADAT

oleh A. DAMHOERI.

Adityawarmen tak berdaya menghadapi banteng adat.

SESUDAH terbentuknya dua kelarasan ialah kelarasan Koto Piliang dan Bodi Caniago maka keduanya saling berjuang dan saling mencari tuah masing-masing. Tetapi bukannya berjuang dalam tafsiran yang kurang baik, melainkan adalah berjuang dalam mengembangkan adat dan memperluas daerah baik untuk didiami atau berada dibawah kekuasaan kedua kelarasan itu. Dalam kalimat lain kedua kelarasan sama-sama berjuang dibidang pembangunan, menambah negeri-negeri tempat diam dan menoencang malatah tanah-tanah kosong untuk sawah ladang anak ouou yang akan datang kamudiannya.

Maka Koto Piliang mmoul dengan tuahnya bor-"langgam” yang tujuh dan ber"sungai" yang tujuh. Langgam yang tujuh ialah symbolik bagi negari asal dan negari-negari yang dibangun kemudian. Ketujuhnya ialah: 1. Sungai Jambu, merupakan pasak kungkung Koto Piliang. 2. Sungai Tarab, delapan Datuk Pamunoak Koto Piliang. 3. Batipuh, ialah Balai Gadangnya Koto Piliang. 4. Simawang Bukit Kandung, merupakan perdamaian Koto Piliang. 5. Sulit Air dan Tanjung Balit, Cemeti Koto Pillang. 6. Singkarak Saningbakar, Cermin Terus Koto Pilimg. 7. Silungkang Padang Sibusuk, Gajah Tangga Koto Piliang.

Sungai Jambu yang merupakan salah satu negari tertua merupakan pasak kungkung yang dianggap itulah sember pusat Pemerintahan pertama dari Koto Piliang yang makin lama makin meluas kedaerah-daerah lainnya.

Sungai Tarab merupakan cabang dari pemerintahan Koto Filiang dengan bergelar Datuk Pammoak.

Di Batipuh yang sudah semakin dekat ketepi danau Singkarak ditegakkan Balai Gadang atau Gedung Parlemennya Koto Piliang. Dan Simawang merupakan tempat perdamalan yang kemmgkinan tugas-tugas menyelesaikan persengketaan antara kedua kelarasan yang dulunya diadakan di Balai nan Saruang kini ditempatkan di Simawang sebab daerah sudah semakin luas juga.

Sulit Air, yang rupanya termasuk negari-2 yang tua juga di Minangkaban merupakan cambuk cemeti Koto Piliang sebab letak negari ini yang strategis.

Dan kebalikannya Singkarak dan Saningbakar yang terletak ditepi daman Singkarak merupakan cermin terus yaitu sebagai lambang atau pintu etalase untuk memasuki daerah pusat pemerintahan Koto Piliang.

Dan Silungkang dan Padang Sibusuk yang merupakan negari-negari sebelah ketepi daerah rantau merupakan markas pertahanan bagi pemerintah pusat. Kelarasan Bodi Caniago tidak pula nau alah. Mereka melambangkan kebesarannya pula dengan ber-"tanjung" yang empat dan ber"lubuk" yang tiga. Tanjung yang tiga itu ialah negari-negari yang baru dibangun mereka dan dinamai dengan