Lompat ke isi

Halaman:ADH 0081 A. Damhoeri - Sebelum Minangkabau Berbenteng Adat.pdf/3

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 3 -

Untuk menurunkan adat yang baru disusun itu ditanamlah dua orang penghulu seorang di Pariangan dan seorang di Padangpanjang đan kedua penghulu inilah penghulu yang pertama-tama ada di Minangkabau. Yang di Pariangan bergelar Datuk Bandaro Kayo dan di Padangpanjang Datuk Maharaja Besar.

Tetapi dalam menyusum undang-undeng đan peraturan itu antara dua orang negarawan yang satu ibu berlainan bapak ini terdapat đưa perbedaan faham. Cara Datuk Ketemenggungan " titik dari atas " bertangga turun. Cara Datuk Perpatih nan Sebatang membersut dari bumi berjenjang naik. Sehingga keduanya digabungkan dengan kata-kata bartangga turun berjenjang naik yang zaman sekareng đikenal dengan " hierarchie ". Tidak mengherankan kedua sistim yang jauh berbeda ini mengakibatkan đua corak pemerintahan yang dinamakan "kelarasan" yaitu kelarasan Kota Piliang dan kelarasan Bodi Caniago, satu bersifat kerajaan dan satu bersifat republik seperti pada zanan kita sakarang. Tetapi ada pula yung mempergunakan campuan antara kedua sistim itu sehingga muncullah satu pantun adat:

Pisang sikalek-kalek hutan,
pisang tembatu yang bergetah,
Koto Piliang dia bukan,
Bodi Caniago dia entah.

Jika dibawakan kepada zaman sekarang ialah kerajaan yang bersifat Parlementer, jadi raja harus takluk dengan satu Dewan Rakyat. Pada zaman kedua negarawaan ini kalau terjadi persengketaan maka dibawalah kedalam kerapatan adat di Balai nan Saruang yaitu balai tertua di Minangkabau ( Lihat Singgalang No. 514 ). Kerapatan ini pada permulaannya dipimpin oleh Datuk Maharajo nan Banego-nego.

Perkambangan yang pesat dari rakyat kerajaan barmula itu menyebabkan para pemimpin mencari daerah-daerah baru. Datuk Ketemenggungan menemui daerah yang "airnya tawar, ikannya jinak, buminya sejuk dan dinamakan oleh Datuk Suri Diraja dengan Luhak Tanah Datar. Datuk Perpatih nan Sebatang menemui daerah yang "airnya keruh, ikannya liar, buminya hangat dan dinamakan dengan Luhak Agam. Datuk Maharajo nan Banego-nego menemukan daerah yang: " Airnya jernih, ikannya jinak dan buminya tawar " dan đinamakan dengen Luhak Lima Puluh.

Pusat pemerintahan dipindahkan pula ke Bukit Batu Patah yang manjadi rajanya Seri Mabaraja Indo dan inilah Kerajaan Pagar Ruyung yang pertama pada awal abad yang ket 14.

Lurah Bukit, 30-8-1974.

.//.