- 10 -
lau itu subur. Sebab setiap sungai itu bah tanah lumpur yang subur menutupi pulau itu.
Bahren seorang penduduk desa dekat tepi sungai itu me manfaatkan kesuburuan tanah pulau. Di olah-nya tanah itu dan ditanamunya dengan ber macam-macam tanam-tanaman. Ubi kayu, ubi jalur, sayur-sayuran seperti terung, kacang, buncis, labu, dan sebagainya. Dari jauh kelihatan menghijau. Senang hati memandangnya.
Setiap hari Sabtu diambilnya hasilnya. Besoknya dibawanya ke pasar. Dari hasil penjualan sayur-sayuran itu dia mendapat rezeki yang lumayan juga. Dengan hasil itu ia dapat menghidupi isterinya dan seorang anaknya laki-laki yang baru ber umur lima tahun. Ber tiga beranak mereka setiap hari ber ada di kebun pulau ditengah sungai itu. Isterinya ikut membantu menyiangi kebunnya. Anaknya ber main-main di kebun. Dan kadang-kadang di tepi sungai. Sebab disana airnya dangkal, ber tabur kersik putih.
Palung sungai yang sebelah kiri memang dalam. Bahren dan isterinya tidak pernah membawa anaknya ke pinggitan sungai yang sebelah sana itu. Tetapi yang sebelah kanan airnya dangkal.
Tetapi sejak beberapa lamanya Bahrein tak menjual hasil kebunnya lagi ke kota. Malahan pergi ke ladangpun mereka tak pernah lagi. Apakah yang terjadi?
Pagi-pagi sebelum waktu subuh kini Bahrein sudah ber siap-siap. Isterinya membungkuskan nasi. Dibawanya 'kembut sandangannya'. Isinya ber macam-