pergunakan alat perkakasnya untuk membongkar tugu itu.
Maka dengan takdir Allah pada saat itu aku benar-benar menjadi hidup Hidup, pandai bergerak dan berbicara,- dengan suara yang lantang pula.
Aku menunjuk kepada kerumunan manusia itu dan berseru kuat-kuat:
" Hai, Insan! Engkau terperdaya kepada omong kosong seseorang. Kalian katakan ada segumpal emas dibawah kakiku. Memang benar. Dibawah kakiku ada segumpal emas. Tidak segumpal malahan mungkin dua, tiga atau lebih.
Tetapi emas itu sebenarnya ialah nilai dari arti aku berada di tempat ini. Dibawah kakiku terpendam sebuah kisah, sebuah sejarah perjuangan yang tak dapat dinilai dengan emas Dan nilai butir-butir emas itulah yang harus kalian cari untuk pusaka sampai kepada anak cucu kalian.
Kalau tidak, maka aku tak lebih dari se onggok batu yang di beri bentuk seperti manusia dan diberi kata kata dibawah kakiku Diberi gambar gambar relief yang tak lebih dari sebuah lembaran buku komik.
Aku punya cerita yang lebih berharga dari emas ber bungkal. Dan kiasan dan tamsilan dari cerita itulah harus kalian pedomani...."
Maka kerumunan manusia itu bertemperasan melarikan diri. Mereka tidak mengira bahwa sebuah tugu yang bisu akan mampu menyampaikan isi dari tujuan tugu itu ber ada disana. Dan barangkali tugu itu benar!