Halaman:ADH 0008 A. Damhoeri - Pengawal Tambang Emas.pdf/38

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 34 -

tu pada malam hari. Langau seekorpun tak usah tahu."

"Sesuai benar," jawab Sibarani, "tetapi saya akan menemui abang ahulu di ladangnya."

"Tidak apa, "kata Tu' Layau. "Dahulupun kami kesana 'kan tidak pa bukan? Kau kan sudah tahu dimana kira-kira kita akan membuat markas."

"Ya, sudah tahu. Kalau beban saya tak terbawa biar saya sembunyian dahulu dekat tempat ini. Nanti saya susul kesana....."

Setelah istirahat di Bukit itu dan makan lohor mereka lalu berpencar.

Sibarani pergi ke ladang abangnya dengan hanya membawa selempeng embakau. Yang lain-lain disembunyikannya disatu tempat.

Tu' Layau dan Intan Badaring meneruskan perjalanannya menuju daeah Tambang. Sibarani membelok ke kanan menuju ladang abangnya. Kira-ira satu jam kemudian sampailah Sibarani di ladang abangnya.

"Bagaimana Berani, sudah selesai persiapannya?"

"Sudah wan," jawab Sibarani, "bisakah nanti malam kita undang anak-sanak kita untuk mengusir mereka yang bercokol di Tambang itu?"

"Bisa saja, tapi malam ini lama bulan terbit. Saya akan menyuruh ereka sebelum bulan terbit. Mungkin mereka dua orang dan mungkin juga iga atau empat. Kau ada membawa tembakau?"

"Ada wan. Saya kesini akan memberi kabar itu saja dan mengantarkan embakau ini. Tu' Layau dan Intan menanti di Air Sirah."

"Dan rencana mereka akan dilangsungkan juga?"

"Iya."

"Akan ramai jadinya saya haapkan berhasil. Kabarilah saya nanti agaimana asilnya."

"Tentu saja, wan." Sibaani menyerahkan tembakau itu kepada abangnya. Ia hanya berhenti sebentar di pondok abangnya kemudian kembali untuk menyusuli teman-temannya yang sudah dahulu menuju Tambang.

Kira-kira pukul lima sore baru Sibarani sampai di tempat teman-temannya menunggu. Didapatinya kedua temannya sudah siap membuat sebuah pondok darurat. Yang akan menjadi markas mereka untuk sementara. Dari sana sudah dekat ke Tambang dan mereka yang di tambang itu tidak akan mengetahui kehadiran Sibarani dan teman-temannya disana.

Intan dan Tu' Layau sudah selesai mendirikan sebuah pondok darurat. Ditancapkan empat buah tiang diatas tanah kemudian diberi kasaunya dari kayu-kayu kecil juga. Kemudian diatap dengan daun puar. Dimana