Halaman:ADH 0008 A. Damhoeri - Pengawal Tambang Emas.pdf/13

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

-9-

tambang emas itu. Padahal kenegarian berlain, malahan daerah tambang itu termasuk tanah ulayat penduduk desa Lurah Bukit," kata Sibarani dengan nada jengkel dan kecewa.

"Sudah lama mereka membukanya, Tu'?"

"Kabarnya belum," jawab Tu Layau dengan perasaan jengkel pula.

"Kita memang heran, dari mana mereka mendapat informasi tentang tambang itu," meningkah pula Intan Bedaring.

"Itu tidak mengbbrankan," kata Tu' Layau, " sejak zaman dahulu sejak dari orang Belanda yang mengusahakannya dahulu orang sudah tahu juga bahwa disana ada tambang emas. Cuma yang jadi masalah mengapa mereka sampai kesana dan mengusahakan tambang itu."

" Mereka hrus kita usir, kita alau dari sana," kata Sibarani dengan bersemangat.

Dengan cara apa?" tukas Intan Badaring pula, " kita tak bisa dengan kekerasan mengusir mereka. Tentu ada bekingnya dan mereka juga barangkali banyak. Dan apakah kita harus mengumumkan perang dengan mereka?"

Tiga kepala ada lebih baik dari satu kepala. Jadi tiga kepala ada tiga pula hasil pemikirannya. Tetapi belum satupun yang tepat dan dapat diambil menjadi patokan. Hanya Tu' Layau menambah keterangannya:

" Aku sudah mengumpulkan beberapa keterangan tentang pencurian emas itu. Rupanya hal itu sudah lama juga berlangsung......."

" Tentu mereka sudah kaya sekarang," tukas Sibarani.

"Kaya tak kaya karena mencuri emas itu ada soal lain. Tetapi hal itu rupanya sudah lama. Orang-orang Mungo itu datang ke rimba Mangkisi katanya akan mencari bambu untuk membuat ketiding. Bambu itu dibawanya sudah berbentuk perim. Dan kau tahu apa isi perian itu Barani?"

" Apa?"

" Butir butiran emas....."

Sibarani tambah jengkel mendengar cerita Itu.

" Tetapi ada juga lucunya," sambung Tu' Layau.

" Ada juga lucunya orang mencuri emas?"

" Mereka itu ketika akan pulang ke desanya selalu bermalam disebuah pondok ditepi batang Mungo. Mungkin termasuk keluarganya juga. Nama orang itu Basirun. Dia sudah lama tinggal disana dan hidup sendirian saja.

Jadi orang-orang itu setiap pulang selalu bermalam disana, entah

apa maksudnya kita kurang tahu Dan setiap bermalam disana diberinya Basi-