Halaman:ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf/39

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Tenggang sudah pulang tak terkatakan besar hatinya. Hampir saja mereka terjatuh tunggang langgang dari rannya. Pak Talang dan Mak Deruma sudah bertambah tua juga. Kulitnya sudah keriput, matanya sudah cekung, badannya bertambah kurus. Apalagi mereka senantiasa meratapi kehilangan anaknya, si Tenggang!

’’Apakah kamu melihat istrinya?” tanya Mak Deruma

’’Istrinya belum kami lihat, tetapi mungkin ada dalam kapalnya.”

Beberapa orang segera berlari-lari sepanjang tepi sungai akan melakukan pengintipan pula. Ketika itu Nakoda Tenggang dengan kedua istrinya yang cantik jelita sedang berdiri di geladak melihat-lihat tamasa alam yang indah sekitar tempat itu.

Keraguan-raguarn penduduk kampung Sakai itu menjadi hilang setelah beberapa orang melihat Nakoda Tenggang.

”Tak salah si Tenggang,” teriak mereka. ’’Kami belum akan lupa kepadanya walau bagaimana juga pakaiannya. Tetapi sudah amat gagah dia sekarang.”

Sebuah peristiwa besar sudah datang ke tengah-tengah masyarakat Sakai itu. Mak Deruma dan Pak Talang segera diberitahu pula.

” Mak Deruma , ... Pak Talang, tak salah lagi. Si Tengganglah yang sudah pulang. Tetapi kapalnya aduuuh, besar dan bagus. Dan istrinya cantik seperti putri seorang raja ...”

Dada kedua orang tua itu bagai hendak meledak karena gembiranya. Sampai juga hasrat mereka berjumpa kembali dengan anak yang disayang dan dikasihinya. Bila sudah bertemu relalah mereka mati.

Mak Deruma dan Pak Talang buru-buru bersiap akan menyambut kedatangan anaknya. Kebetulan mereka masih ada mempunyai persediaan ubi, talas, pisang, mempelam, dan lain-lain. Dan seekor ... lutung! (sejenis kera). Lutung itu segera disembelih lalu dibakar. Makanan itu ialah makanan kesenangan si Tenggang dahulu.

Setelah siap naiklah keduanya ke atas sebuah perahu dan berkayuh ke hilir akan menjumpai anaknya, si Tenggang, ... buah hati, anak tunggalnya yang sudah lama menghilang....

37