Halaman:ADH 0006 A. Damhoeri - Nakoda Tenggang.pdf/35

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

dalam istana atau gedung Puspa Sari kesibukan bukan main. Dan pada hari yang ditentukan bukan kepalang ramainya orang mengantarkan ke pelabuhan. Maklum putri raja yang akan berlayar. Dan Nakoda Tenggang manusia temama di kota itu karena kekayaannya.

Dukun pun dibawa serta sebab Puspa Sari sudah hamil beberapa bulan. Kedua istri Nakoda Tenggang kelihatannya berbaik-baik saja. Tak ubahnya sebagai dua orang bersaudara saja. Tetapi dalam hati siapa tahu. Sebagai kata pantun:

Cupak di dalam perbesaran,

ambil air dengan perahu,

Di muka tidak ada berkesan,

dalam hati siapa yang tahu ....

Saudagar Biram dan raja Labuhan Puri ikut mengantarkan ke pelabuhan. Mereka mendoakan semoga mereka selamat saja dalam pelayaran dan selamat pula kembali pulang. Jangkar pirn diangkat dan Elang Segara meluncurkan ke tengah samudera ....

Bukan main gembira rianya seisi kapal itu. Setiap hari mereka berpesta-pesta, menari dan menyanyi. Sehingga kedua istri Nakoda Tenggang amatlah bersukacita. Kesukacitaan ini memuncak ketika mereka sampai di sebuah negeri. Mereka naik ke darat, melihatlihat tamasa di negeri orang itu. Sangatlah taajubnya kedua istri Nakoda Tenggang. Selain melihat-lihat mereka dapat pula membelibeli barang yang aneh-aneh yang belum pemah dilihatnya. Antara keduanya Ratna Lelalah yang paling serakah. Apa saja yang tampak ingin hendak dibelinya. Dan Nakoda Tenggang senantiasa mengabulkan permintaan istri-istri yang dikasihinya itu.

Demikianlah Elang Segara terus berlayar. Dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Dari sebuah negeri ke negeri lainnya pula. Sungguh, peijalanan tamasa dari seorang saudagar kaya raya yang tak ada taranya. Dan selalu di setiap negeri itu Nakoda Tenggang disambut oleh pembesar yang memang sudah dikenalnya. Apalagi ia datang dengan istrinya. Penyambutan terhadap Tenggang lebih

33