hilang. Orang tua si Bulan pun tak ada lagi di ran. Mereka sudah pergi. Mencari makanan yang ada di hutan. Dapatlah ia berkenalan lebih dekat dengan Bulan.
Sekali dua kali mereka berjumpa. Sehingga antara keduanya sudah terjadi hubungan yang amat akrab. Malahan mereka sudah berjanji. Berjanji akan sehidup semati, menjadi sepasang suami istri. Karena si Sirih kawannya, agaknya takkan sulit memperhubungkan kedua mereka itu.
Tetapi tiba-tiba datanglah kesialan dalam kampung mereka. Seorang yang bernama si Tiram jatuh sakit keras dan akhirnya meninggal. Menurut tilikan bomoh asal penyakit si Tiram karena jembalang. Dan kampung mereka harus ditinggalkan. Demikian ramalan bomoh. Batin mereka lalu memerintahkan supaya semuanya pindah tempat lagi. Berbondong-bondonglah mereka mencari sebuah daerah yang lain. Daerah itu kebetulan tak berapa jauh pula dan tepi laut. Lalu setumpuk tanah di sana dibersihkan. Ran-ran baru dibuat. Hanya celakanya ran si Sirih dan ran mak Deruma berjauhan. Sehingga si Tenggang dan kekasihnya si Bulan terpaksa berjauhan pula.
Tetapi ada yang lebih celaka lagi. Kini ran si Sirih berdekatan dengan ran Batin Hitam. Batin itu amat berpengaruh dalam masyarakat mereka. Batin hitam mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah remaja pula. Namanya, Embeh Tembaga. Embeh Tembaga mengetahui bahwa ada cahaya bulan purnama tak jauh dari rannya. Ia ingin hendak mencapai bulan itu. Ayahnya setuju pula. Dan datanglah pinangan Batin Hitam kepada orang tua si Sirih. Meminang si Bulan untuk anaknya Embeh Tembaga.
Kiamatlah sudah duma ini bagi si Tenggang!
8