Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 5 -

nya : beras, sambal, minyak tanah, rokok, garam dan.... tembakau. Yah, siapa tahu mereka beruntung dapat menemui urang gadang dan mereka minta tembakau.

Sewaktu akan memasuki Rimba Mangkisi kepala rombongan missi itu sempat ber dialog pendek dengan pak Adamh:

" Semoga usaha kalian berhasil," ujarnya. " Tetapi untuk menemuinya langsung sebagai pernah saya katakan dan menurut keterangan pak Mantiko Indo harus berani sendirian dalam hutan itu. Kau berani?"

Imran tersenyum pencong.

" Kalau memang jelas ia ada saya akan mencobanya, pak! Toh dia tidak mau merusakkan kita bukan?"

" Kabarnya tidak, malah lebih berbahaya binatang-binatang lain seperti harimau, ular, beruang dan lain-lainnya. Andaikata kalian bisa menemuinya apalagi bisa membuat fotonya maka kalian akan menjadi penemu terhebat di dunia saat ini. Nama kalian akan di sebut-sebut oleh pers seluruh dunia dan foto kalian akan terpampang dalam surat-surat kabar dan majalah terkemuka di dunia."

" Ah bapak, sebagai menyindir kami......"

" Bukan menyindir," jawab pak Adamh, " itu sewajarnya saja sebab jarang orang yang pernah melihat makhluk itu dalam keadaan utuh. Kalau menginap dalam hutan dan dia datang minta tembakau paling-paling kita hanya akan melibat tangannya yang sebesar tiang, berbulu-bulu dan jari sebesar senter. Namun cobalah, tentukanlah lokasinya, si Men tentu bisa menolong."

Lalu berangkatlah mereka.

Dua malam rombongan kecil itu menginap dalam hutan disebuah solok. Yang dimaksud solok ialah sebuah lembah yang terjadi karena dua lereng bukit yang saling bertemu. Wajah Imran kelihatan agak berseri.

" Bagaimana?" tanya pak Adamh, " ada bertemu yang dicari itu?"

" Ada pak," jawab Imran, " tetapi jejaknya saja,"

" Haaa .... !" kata pak Adamh agak heran.

" Ada bertemu jejaknya? Berapa besar?"

" Panjangnya sekitar 47 senti meter dan lebarnya kira-kira 20 senti meter, tetapi anehnya pak, hanya tumitnya saja yang jelas terlihat...."

Pak Adam berdiam sebentar dan berkata lagi: