Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/57

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Kemarin ladang itu masih penuh dengan siangan. Seakan-akan tak habis-habisnya. Disiang sebelah sini, sebelah sana sudah panjang pula, Disiang sebelah sini sebelah sana sudah rampak pula.

Tetapi sekarang dengan heran Tu' Atin melihat ladangnya itu sudah bersih. Seperti piring dijilat anjing kurus kelaparan. Sebatang siangan tak ada 1agi. Dan batang gambir sebatangpun tak ada yang rusak atau terinjak.

Jika Tu' Atin sendirian bersiang selama sepuluh hari belum tentu akan berhasil semacam itu, Tu' Atin mengira-ngira: Bila ladang itu diupahkan menyianginya baik dengan uang atau dengan beras maka upahnya akan sekiaan...sekian. Tetapi sekarang hanya dengan beberapa batang rokok sitaka saja dan sejemput tembakau ladangnya selesai disiang dengan rapi. Tu' Atin hanya goleng-goleng kepala saja. Sungguh sahabat baik Urang Gadang itu. Bila kita tahu dan pandai memanfaatkannya. Sungguh, Tu' Atin mendapat pembantu yang murah tetapi effisin kerjanya.

Barangkali bilamana mereka dilatih dan diajar mengempa gambir t tentu akan mampu pula. Apalah sulitnya bagi Urang Gadang untuk menekan kampahan untuk mengeluarkan getah gambir. Dan akan dicobanya!

TINA datang.

Sebagai biasa ia membawa perbekalan seperti: beras, garam, minyak, ikan asin, dan...tembakau. Tu' Atin sudah sering berpesan agar dibawa tembakau banyak-banyak. Hari itu sudah sore Tina sampai, Sendirian saja, Walau bawaannya lebih berat dari biasa. Tina duduk dibangku disamping pondok. Setelah lepas letihnya dan berbincang-bincang sebentar dengan suaminya ia lalu kedapur. Bertanak nasi. Sambal sudah dibawanya dari rumah. Sekarang rupanya ada menu istimewa. Sambal rendang.

Minggu yang lewat Tina barak menerima uang. Hasil penjualan rotan dan manau. Sehingga ia dapat membeli daging dibuat rendang.

Tina juga menceritakan bagaimana đesas desus orang kampung. Mereka sibuk mempergunjingkan Tu' Atin yang berhubungan đengan Urang Gadang.

" Peduli apa," jawab lakir. . " Selama kita tidak merugikan mereka dan Pemerintah, peduli amat...."

Tina juga berpendapat demikian. Ia lalu meletakkan pembawaannya. Kemudian pergi kedapur. Akan bertanak nasi dan merebus kahwa.

Malam Tina tidur dengan nyenyak sekali. Ia letih berjalan dan