Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 50 -

kesini. Saya hanya sebagai perantara saja. Mereka sedikitpun tidak percaya dengan keterangan Tu' Atin itu tetapi mereka diam saja. Otak mereka tentu sudah memperkali-kalikan dalam kepala. Mana pula ada orang Pangkalan Kapas Yang mungkin membawa rotan manau kesana. Sedang jumlahnya lumayan. Beban untuk sebelas orang.

" Kalau sampai di desa nanti tolong pesankan kepada Tina isteriku: suruh datang kemari orang pembawa beban, lima atau enam orang. Untuk membawa beban ini ke desa,"

" Baiklah Tu'," jawab yang seorang. " Kamipun bersedia mengangkutnya ke desa, bila perlu kami tambah dua atau tiga orang lagi...."

" Baiklah," jawab Tu' Atin. " Nanti katakan juga pada Tina agar dia pergi bersama-sama untuk menerimakan uangnya."

Rombongan itu tidak lama berhenti di pondok Tu' Atin. Setelah istirahat sebentar mereka meneruskan perjalanannya menuju desa. Sebab hari belum pukul tiga sore. Kalau mereka agak cepat berjalan sekitar jam enam senja mereka sudah tiba di desa, Dan besok atau lusa setelah dapat kawan kembali lagi ke pondok Tu' Atin untuk menjemput rotan dan manau.

Ibarat kata orang mulut guci yang bisa ditutup tetapi mulut manusia tak bisa ditutup. Kabarnya semalaman itu di kedai-kedai kopi mendapat bahan baru untuk acara parlemen warung kopi, Acaranya tunggal: Tu' Atin. Semua mengeluarkan pendapat dari mana Tu( Atin mendapat rotan dan manau dalam jumlah yang banyak. Padahal setahu orang dia tak beranjak dari ladangnya. Setiap satu kepala mengeluarkan satu pendapat. Yang satu dengan yang lainnya jauh berbeda.

Akhirnya yang dapat diterima ialah pendapat Datuk Sindo Nari. Ia sudah tua dan lebih berpengglaman dari semuanya.

" Dengarlah," ujar Sindo Nari, " kalian masih ingat Tu Ompek? Beberapa tahun yang lalu dia berladang pula dekat Subayang. Lucunya: dia berladang gambir tetapi yang dikirimnya ke kampung manau dan rotan. Dalam jumlah yang tidak sedikit. Ladang gambib itu akhirnya gagal, tak menjadi."

" Apa sebabnya Tu'?" bertanya seorang.

" Dia sudah sibuk mengumpulkan manau dan rotan."

" Dari orang Pangkalan Kapas, Tu'?" tanya yang lain.

" Mana ada pula orang Pangkalan mengambil manau di rimba kita i-