Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/5

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Ada masalah saat menguji baca halaman ini

1.

MENCARI URANG GADANG.

LIMA orang anak muda kelihatan berjalan santai pada sebuah ilan desa yang lurus menuju tepat ke sebuah daerah perbukitan. Kiri nan jalan itu terdapat pesawahan dalam berbagai bentuk pengolahannya. la yang sedang disabit, sedang disiang, sedang dibajak, yang menandakan hwa petani didaerah itu tidak kenal dengan tanaman padi serentak,

'lima anak muda itu masing-masing membawa bebannya, ada rangsel yang rsangkut dipunggungnya, ada tas yang dijinjing dengan tangan. Kelima gak muda itu dua orang priya dan tiga orang puteri. Tampaknya usia mere- | sebaya, : 1

Persis didepan mata mereka kelihatan satu barisan daerah perbukitan. antara bukit-bukit itu beberapa buah ada yang menonjol tinggi berben- Ik kerucut sehingga merupakan sebuah gunung kecil. Makin lama daera itu rlihat bertambah dekat,

Jalan desa itu agak sepi tak berapa orang penduduk desa yang ber- pasan sepanjang jalan. Baru kira-kira meeka berjalan sejauh dua kilo ter mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang sudah baya, Laki-laki Uu duduk santai diatas rumput sambil mengisap rokok daun enau. Ia ber- piah sebo, pakaian yang sudah kumal, malahan dengan kumis, berewok n janggutnya kurang terpelihara. Tidak berapa jauh dari tempat duduk ki-laki itu ada dua ekor lembu sedang merumput dengan asyik.

Ketika sudah berdekatan dengan laki-laki tadi tampaknya ia ingin nyapa anak-anak muda itu dn salah seorang dari anak muda itu kelihatan- 'a ingin hendak bertanya pula. Akhirnya salah seorang dari anak muda itu- ih yang memulai pembicaraan:

" Maaf pak, jauhkah lagi desa Lurah Bukit?"

Beberapa saat laki-laki itu belum menjawab tetapi menaksir mereka.

" Kalian mau ke Lurah Bukit?" tanya laki-laki itu.

" Ya, pak!"

" Tidak jauh lagi, kira-kira satu kilo lagi. Tuuu, kelapa yang ke- hatan itu Ialah Lurah Bukit."

Dalam pada itu tanpa dikomando keempat kawannya sudah duduk diatas mput dengan seenaknya saja. Agaknya mereka sudah letih berjalan.

" Mau mengapa kalian kesana sebetulnya?" laki-laki tadi melanjut-

n pertanyaannya,

" Kami barmaksud akan mencari 'urang gadang'," jawab anak muda tadi, ng secara spontan sudah menjadi jurubicara dari rombongan kecil itu.

" Urang gadang?" ulang laki-laki tadi, Kalimat itu dalam bahasa zerah yang berarti: orang besar,

." Ya, disana memang ada seorang gadang,"kata laki-laki tadi. " Dia orang pengarang, tetapi kami memanggilnya dengan pak guru saja,"

" Kenapa dipanggilkan begitu, pak," tanya anak muda tadi,

" Dahulunya dia jadi guru jadi sampai sekarang tetap kami panggil ru juga."