Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 42 -

dari dalam sebuah peti. Tembakau itu diserahkannya kepada Mandugo. Mandugo meresek-resek kampil bertuahnya lalu dikeluarkannya segulung kertas rokok dari dalamnya. Tetapi kertas rokok ini bukannya benar-benar terbuat dari kertas. Kertas rokok ini terbuat dari pucuk daun pisang hutan. Rokok yang digulung dengan daun pisang hutan itu dinamakan " sitaka ", Mandugo mencabut tembakau itu digembur-gemburkannya lalu digulungnya dengan daun pisang tadi, Sebatang rokok ada sebesar pergelangan anak kecil. Tu' Atin dengan heran menyaksikannya. Tetapi ia diam saja; banyak dalam hatinya ia berkata:

" Orangnya kecil, pokoknya besar,"

Rokok sitaka itu setela dibubuh tembakau lalu diikat dengan tepi daun enau sehingga tembakaunya tidak terlepas, Ada beberapa batang dibuatnya. Tetapi rokok itu tidak diisapnya hanya diletakkannya saja dekat lututnya.

Hari bertambah larut juga.

" Sebentar lagi kita panggil mereka," ujar Mandugo.

" Urang gadang?" Mandugo mengangguk. Hati Tu' Atin berdebar-debar. Sesuatu yang belum dialaminya seumur hidup akan dialaminya malam itu.

Tiba-tiba terdengar suara lengkingan dari dalam hutan. Suara itu melengking tinggi, dengan bersuara: Aaaaa....uuuuuuuuuu,....." pada bununyi u suara itu melengking tinggi dan turun mendadak pada ujungnya, Sampai tiga kali berturut-turut. Bagi Tu' Atin suara demikian tidak asing lagi. Memang perimba-perimba biasa menyuarakannya bila akan memanggil temannya atau sok iseng saja. Jika dekat tempat itu ada manusia ia akan menjawab dengan nada yang sama. Tetapi bilamana dekat tempat itu ada tebing bukit yang terjal maka suara itu akan menggema kembali atau bersipongang. Bunyinya tambah menakutkan. Kata orang suara itu dibalas oleh orang bunian. Kata orang dalam Rimba Mangkisi itu terdapat pula orang Bunian. Kadang-kadang perimba yang masuk sendirian kedalam hutan bisa ditipu oleh orang Bunian itu. Tiba-tiba saja kita akan berpapasan dengan seorang gadis cantik. Maka kita dibawanya melewati sebuah jalan yang bagus dan akan sampai disebuah kampung. Bentuk kampungnya tak ubahnya dengan kampung biasa juga. Ada rumah gadangnya ada lumbungnya dan berpenduduk ramai.

Kita bisa dijamu disana, makan minum, malahan menginap disalah satu rumahh dikampung itu. Tetapi bila kita sudah sadar maka ketahuanlah