Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/27

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 23 -

Catatan dari penulis:

Ada sebuah pemeo dalam bahasa kita yang berbunyi:
- Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula.-

Sampiran pemeo ini menyatakan bahwa antara gaharu dengan cendana ada hubungannya. Keduanya ialah sejenis kayu yang bila dibakar akan mendapat aroma yang harum. Penggunaannya ialah dalam upacara-upacara keagamaan atau yang lain-lainnya.

Dalam bahasa Latin gaharu atau garu atau gahru itu dikatakan: ' aquilaris ' Gaharu itu sejenis kayu yang bila dibakar akan mengeluarkan bau yang harum. Tetapi gaharu itu terdapat dalam batang kayu yang besar, jadi agak sukar mencarinya.

Sedang cendana dinamakan dalam bahasa Latin dengan: santalum album. Kegunaannya hampir sama. Hanya mencari cendana lebih murah sebab ia merupakan sejenis tanaman yang ditanam orang. Tinggi pohonnya dapat mencapai 12 - 15 meter. Kulit batangnya kasar berwarna coklat tua. Daunnya berbentuk bulat telur, kecil-kecil. Bunganya juga kecil berwarna putih kecoklatan. Buahnya bulat hitam berbiji tunggal.

" Kita kan sama tahu, " kata Tina melanjutkan ceritanya, " Rimba Mangkisi yang ada didaerah kita ini sangat kaya dan banyak menyimpan hal-hal yang rahasia.

Pada masa itu daerah Seberang Air dan desa-desa sekitarnya sedang berjangkit demam gaharu. Banyak orang yang mencoba untungnya dengan berusaha mencari garu kedalam hutan. Mereka berkelompok, tiga, empat atau lima orang dan masuk hutan dengan tujuan untuk mencari garu. Mencari garu itu banyak pula syarat-syaratnya dan banyak pula mentera-manteranya. Sebab garu itu dalam batang kayu yang besar dan punya tanda-tanda yang khusus. Mungkin ada pula penghuninya dan penghuni itu tidak dengan rela saja menyerahkan hartanya kepada manusia.

Maka pada suatu hari ada sebuah kelompok pencari garu yang masuk kedalam hutan. Mereka ialah: Janir, Mansur, Kandar dan Biham. Keempatnya sudah kenal betul dengan keadaan Rimba Mangkisi itu. Mereka kenal betul dengan solok-solok nya, biding-bidingnya, bukit-bukitnya, jalan-jalannya, pendeknya mereka takkan mungkin sesat dalam rimba itu. Sebelum berangkat mereka berembuk:

Kata yang seorang: " Kita harus mencari lokasi yang jarang ditempuh