Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/22

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 18 -

burung nuri idaman Puteri Gondoriah. Dengan Andomi Sutan Anggun nan Tunggal mendapat seorang anak laki-laki dinamakan: Mandugo Ombak. Dari sanalah asal nama Tuo Hutan kita yang hebat ini: Mandugo.

Sungguh Mahakaya Tuhan dengan berbagai ciptaannya. Antaranya dengan menciptakan Dugo Tuo Hutan setinggi sembilan puluh lima sentimeter itu. Dan sebagai manusia ia juga berkeluarga. Isterinya wanita biasa dan ada juga anak-anaknya. Anehnya anak-anaknya punya postur yang biasa tidak seperti bapaknya, Umur sembilan bulan si anak sudah sama besar dengan ayahnya.

Ada juga dua tiga orang lagi yang sama dangan pak Tuo Hutan ini. Seorang dipanggilkan Mak Atik kerjanya menjadi tukang jahit di Gadut. Pekerjaannya rapi seperti tukang jahit biasa. Ia beristeri juga dari wanita biasa. Anak-anaknya ada pula dan normal. Pernah satu kali , terjadi peristiwa lucu dengan Mak Atik ini.

Waktu pergolakan prri kalau ada patroli masuk desa orang berlarian pergi mengungsi. Satu pagi terjadi kehebohan. Patroli tentara memasuki desa. Semua penduduk mengungsi. Isteri Mak Atik lari pula, buru-buru đigendongnya anaknya yang kecil yang masih tidur. Iapun melarikan diri ke Labuh Silang kira-kira satu kilo meter dari sana. Sesampai disitu barulah diperiksanya anak yang digendongnya. Eh, rupanya bukan anaknya yang digendongnya tetapi lakinya yang sedang tidur dekat anaknya itu.......

Walaupun pak Dugo kecil tetapi keberaniannya luar biasa. Ia berani menjelajah hutan selama beberapa hari. Tidak takut dengan harimau, ular, dan binatang-binatang buas lainnya. Mungkin la merasa bahwa semua penghuni hutan itu adalah anak buahnya dan tak perlu đitakuti. Bila ia pulang dari hutan maka saratlah pembawaannya: rebung, kincung, cendawan, petai dan hasil-hasil hutan lainnya.

Kemudian, sekalipun dia pendek, jangan coba-coba mencari gara-gara dengan dia. Sebab Tuo Hutan yang pendek ini seorang ahli silat.

Kembali pada Tu' Atin.

Tina sudah naik pula keatas pondok dan duduk dekat lakinya. Berkali-kali ia mengerling melihat kepada suaminya. Entah apa yang tersirat dalam pikirannya. Tu' Atinpun dapat merasakan. Ia bertanya kepada isterinya:

" Apa yang teringat olehmu, Tina?"