Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

- 12 -

itu diterimanya dengan senang hati dan gembira. Ia merasa dirinya orang terkaya pada waktu itu. Biasanya menerima uang penjualan gambir itu bersama-sama dengan isterinya Tina dan seorang anak gadisnya yang masih tanggung. Tina isterinya pada masa itu masih muda dan kelihatan segar. Sekarang ia sudat tambah tua. Dan sudah punya cucu juga. Gadis tanggung anaknya itu sudah besar dan sudah bersuami.

Setelah menerima uang mulailah mereka menjelajahi toko-toko akan membeli-beli barang yang ketuju dihatinya. Kalau ada yang berkenan masuklah mereka kedalam. Menawar mulai terendah sampai mencapai kesanggupan tenaga belinya.

Itu peristiwa beberapa tahun yang silam. Ketika Tu' Atin membuat ladang gambir di Taeh tak berapa jauh dari desanya. Dan kini kisahnya tentu sudah lain lagi. Demikianlah Tu' Atin sering melamun ketika ia menyiangi ladang gambirnya yang luas itu. Sampai tiba-tiba.....

" Tuuuuk,...!" terdengar suara orang menyerunya. Tu' Atin mendongakkan kepalanya. Mencari-cari dari mana suara itu datang. Maka kelihatanlah tiga orang laki-laki sedang berdiri ditepi pagar sebelah bawah ladang. Tu' Atin berhenti bekerja dan pergi menemui orang-orang itu. Tu' Atin kenal dengan mereka karena penduduk desanya. Yang seorang bernama Jakhtar, seorang lagi Sirin dan yang lainnya bernama Nahar. Masing-masing ada pembawaannya, dibawa dipanggung, dijunjung atau di jinjingnya dengan tangannya.

" Kalian mau ke Merayu atau ke Subayang?" tanya Tu' Atin, " singgahlah dahulu!" Tanpa diulang dua kali ketiganya berjalan beriringan dan masuk kedalam ladang. Lalu duduk disebuah bangku bambu yang tersedia disamping pondok, setelah meletakkan pembawaannya

Masing-masing mengeluarkan selepah rokoknya lalu membuat sebatang udut daun enau dan membakarnya,

" Kalian mau mencari apa?" tanya Tu' Atin.

" Mencari manau," jawab Jakhtar, sekarang manau sedang mahal. Banyak orang pergi mencari manau. Demikianlah kebiasaan penduduk desa. Apa yang sedang laku itulah dicari mereka ke hutan. Laku manau, manau dicari, laku rotan, rotan dicari, laku garu, maka garu yang dicari. Maka asyiklah mereka bercakap-cakap. Dan dalam saat-saat seperti itu pulalah Tu' Atin mendapat kabar berita dari desa atau tempat yang lain-lain.