a kita serahkan kepada kedua utusan ini dan disuruh pulang kembali ke negerinya."
"Dan menyerah kepada kebijaksanaan tuanku. Tuanku sendiri belum berjumpa dengan ketua rombongan itu. Jadi kita baru mendengar keterangan sepihak saja. Ketua rombongan itu sudah menyatakan bahwa mereka datang ke negeri kita ialah untuk mohon suaka kepada tuanku. Ia menerangkan bahwa di negerinya ia di tindas, di aniaya dan perbuatan keji lainnya.
"Nah, tuanku sudah mendengar bagaimana asungan dan fitnah mereka," Amru bin Ash menyela.
"Jarangkali sebaiknya tuan berdiam diri dahulu dan tidak mengeluarkan pendapat. Sebab ini adalah urusan kami antara pembesar-pembesar dalam kerajaan kami. Tuan-tuan belum perlu ikut campur." Sabda Negus dengan tajam.
"Baiklah," titah Negus lagi, "bawalah ketua rombongan itu besok menghadap kita. Besok boleh kita saling berhadapan dan tidak saling buruk memburukkan sebelum mendengar keterangan dari kedua belah pihak. Walaupun demikian kita ingin juga mendengan lebih dahulu bagaimana tingkah laku ketua rombongan itu sebelum kita bertemu muka dengan beliau besok."
Kedua utusan Quraisy itu tersenyum karena merasa mendapat hati kembali.
"Paduka tuanku yang mulia boleh mempersaksikannya besok. Lihatlah bagaimana caranya mereka memberi penghormatan kepada tuanku. Mereka akan ber