- 17 -
nit saja tubuh Walid pasti akan hancur ber keping-keping. Walidpun dapat merasakan sehingga ia harus menjaga dirinya dengan hati-hati. Rupanya saat itu yang hak belum dapat dikeluarkan di hadapan makhluk yang bertubuh manusia tetapi ber jiwa iblis.
Abu Jahal tampil kedepan dan berkata lemah lembut:
" Wahai pamanku yang tercinta! Apakah pendapat paman lagi dalam masalah yang rumit ini? Apakah lagi yang akan paman sampaikan tentang Muhammad dengan kata-kata yang biasa disampaikannya ? Paman lihatlah sekitar paman!" Walid melayangkan matanya kepada kerumunan manusia itu. Tidak seorangpun yang memperlihatkan wajah yang cerah. Ada yang menggertak, ada yang melotot, ada yang menggertakkan geraham, ada yang meng amak-amak hulu pedangnya, ada yang membulatkan tinjunya, siap menyerbu bila di komandokan.
Tinggalkanlah aku sebentar, aku hendak berpikir," jawab Walid dengan tenang. Ia memaklumi situasinya. Ibarat sebuah bom yang siap meledak. Asal tombolnya ditekan sedikit saja dengan ujung jari kelingking akan meledaklah ia.
Kemudian Walidpun mengeluarkan ucapan, tetapi jelas ucapannya itu tidak keluar dari hati sanubarinya. Hanya kelihatannya untuk memelihara keselamatan dirinya dari serbuan kaum Musyrikin yang sedang haus darah itu dan tidak akan sudi menerima kebenaran walau sebesar biji sawi sekalipun. Walidpun berkata :