Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/72

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 68 -

Sebab mereka dapat mengusahakan biaya dari bermacam sumber-sumbernya. Dari uang pensiun, hasil gilingan padi, hasil kedai dan dari honor karangan-karangan papa.

Ada juga papa mencoba meminjam ke bank untuk pembiayaan membuat ladang ini. Tetapi pihak Bank tidak mengabulkannya. Entah apa sebabnya.

Lalu kedalam lubang-lubang yang sudah dibuat ini dimasukkan pupuk kandang. Pupuk ini dibeli dengan harga lima puluh rupiah satu ketiding. Membawanya ke ladang menelan biaya pula. Pupuk yang sudah dimasukkan kedalam lubang-lubang itu dibiarkan dulu selama beberapa hari. Maksudnya supaya dingin.

Aduh, bagaimanakah akhirnya 'tunas-tunas hijau' yang mulai disemaikan ini? Dapatkah ia tumbuh subur sebagai yang diharapkan? Ataukah nanti akan rusak binasa oleh ternak atau babi? Atau terkena hama penyakit? Namun manusia harus berusaha dengan sepenuh kepintarannya dan tenaganya. Tidak boleh pasrah dan menyerah saja.

Dalam rumah Gilingan padi Lis melihat beberapa rol kawat berduri. Sebagai sudah dikisahkan dahulu papa sudah membeli kawat berduri. Banyak pula penduduk yang bertanya-tanya tentang kawat berduri itu. Berapa harganya, berapa panjangnya dan bagaimana memasangnya Rupanya penduduk jarang mempergunakan kawat berduri. Mereka biasanya mempergunakan pagar bambu. Sehingga kawat berduri itu dipandang mereka sebagai suatu benda yang ajaib pula.

Ketika pagar itu dipasang terjadilah kesibukan. Mula-mula dicari tiang-tiangnya. Tempat mencarinya mudah saja. Dalam daerah ladang yang belum di rambah masih banyak kayu-kayu yang baik. Juga sekitar perladangan itu. Kayu itu ditebang dan dikumpulkan. Kemudian di runcing. Lalu dibuatkan lubangnya dengan tembilang besi. Supaya pagarnya lurus direntang tali. Jarak