Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/60

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 56 -

macan ini. Berani menangkap mangsanya di siang bolong begini. Biasanya harimau menangkap mangsanya malam hari. Namun kami bergegas juga pulang ke desa. Bukan main takutnya kami. Rasa-rasa akan menongol saja binatang buas itu di jalan kami akan pulang. Sebab jalan setapak itu melewati semak belukar yang rapat. Juga padang ilalang yang tebal dan rapat. Tempat serupa itu sangat digemari oleh harimau.

Di desa kami pada umumnya ternak seperti lembu dan kerbau dilepaskan begitu saja kedalam rimba. Mereka bisa mencari makan sendiri dalam rimba itu. Memang disana banyak rumput-rumput muda yang merupakan santapan nikmat bagi para hewan itu. Dan nanti setelah sore mereka pulang sendiri ke desa. Biasanya pemilik atau gembalanya menuruti ke rimba.

Karena itulah papa membuat pagar kawat berduri mengitari ladang kami. Anak kopi yang baru ditanam nanti bisa lumat oleh injakan telapak kaki sang hewan itu.

Nah, salah seekor kerbau yang dilepaskan itulah yang sudah jadi korban harimau. Seekor anak kerbau gemuk yang baru berumur kira-kira satu tahun. Tetapi anak kerbau itu tidak sampai dapat di santap sang macan. Bahunya terkelupas kena cakar harimau dan masih meneteskan darah segar. Di beberapa bagian tubuhnya yang lain terdapat juga luka-luka yang tidak begitu parah.

Tetapi herannya besok pagi kami mendengar berita bahwa anak kerbau yang dilukai harimau itu sudah almarhum. Sudah mati. Tak lantas pada angan bahwa luka-lukanya yang kelihatan tak berarti itu akan membawa mautnya. Anak kerbau yang malang itu tak sanggup bertahan satu malam saja. Kata orang: - gigitan harimau itu berbisa. Sehingga bisa taring harimau itulah yang membunuh anak kerbau itu.

Pada satu kali seorang kampung kami diterkam harimau di Manggilang dekat Pangkalan Kota Baru. Namanya si Sukar.