Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/6

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1. Anak orang pensiunan

Rumah kami berbentuk tanduk kerbau. Bentuk itu ialah menurut secara adat negeri kami. Puncak yang berbentuk tanduk kerbau itu dinamakan 'gonjong'. Ada rumah yang ber gonjong dua, ada yang bergonjong empat dan ada juga yang ber gonjong enam. Dan ada juga yang bergonjong lima.

Rumah kami hanya ada dua buah gonjongnya. Dahulu atapnya terbuat dari ijuk sekarang sudah diganti dengan seng.

Dibawah atap berbentuk tanduk kerbau itu ada enam jiwa. Setiap jiwanya punya satu raga. Dan setiap raga memiliki sebuah mulut. Setiap mulut itulah setiap hari harus disuapi dengan makanan. Makanan terutama ialah: nasi. Nasi didapat dari padi. Padi harus ditanam di sawah.

Dua puluh tahun yang silam tubuh itu baru dua. Dan masing-masing raga itu dinamakan: papa dan ibu atau papa dan mak. Beberapa tahun mak hidup bercampur gaul terdengar suara 'ngeak' yang pertama. Itulah abangku yang kami panggil Men. Beberapa tahun kemudian lahir pula seorang lagi, seorang wanita. Itulah uni yang dipanggilkan Des. Dan beberapa tahun kemudian terdengar ngeak lagi. Nah, itulah ngeakan saya. Dalam kisah ini saya sebut saja dengan Lis walau sebenarnya namaku bukan itu. Dan beberapa tahun kemudian terdengar lagi suara ngeak. Itulah suara adik. Sesudah itu tak ada suara-suara ngeak lagi. Jadi kami adalah empat orang bersaudara. Satu laki-laki dan tiga orang perempuan.

Ketika saya bercerita ini abang atau saya panggil 'uda' sudah duduk di kelas tiga SMPP. Uni Des sudah duduk di kelas tiga