Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 50 -

menambahnya?

Nah, ini sebuah pertanyaan lagi.

Lubang-lubang yang akan dibuat untuk menanam kopi itu jaraknya 2½ meter. Berapa batang bibit kopikah yang diperlukan? Sehingga semua ladang itu rata ditanami? Ingat: ditengah ladang ada gubuk dengan luas pekarangannya kira-kira 6x5 meter.

Bagi teman-teman yang tepat terkaannya akan Lis undang datang ke ladang. Akan kami beri makan sekenyang-kenyang perut. Dijamu dengan buah keremunting satu keranjang. Agaknya bersantap di gubuk ini jauh lebih enak dari makan disebuah restoran di kota. Apalagi kalau sebelum makan mencucurkan keringat lebih dahulu. Tubuh letih, dikipasi angin bukit barisan, perut lapar dan barulah tahu dengan enaknya makan di rimba. Sambalnya tak perlu yang mewah-mewah.

Cukup dengan sambal lada yang ditumbuk dalam sayak (tempurung) diberi terubuk, lalu rebusan sayur-sayur yang ada di ladang atau ulam daun 'riang' yang rasanya asam-asam segar. Kemudian ikan panggang. Dalam suasana begitu waaaah, tak kelihatan pak guru lewat dibelakang lumbung,... ha,...ha...ha,.... Apalagi jika jengkol di ladang itu sedang berbuah dan dijadikan ulam.

Jengkol, petai banyak juga dalam rimba Mangkisi ini. Dalam daerah ladang Lis ini terdapat beberapa batang patai. Bila datang musimnya ratusan kilo keluar hasilnya dan dibawa ke kota.

Demikian pula musim durian. Maka buah yang selangit baunya ini akan bertimbun-timbun keluar dari daerah rimba ini. Dengan uang seratus rupiah sudah dapat dua biji durian yang besar. Kata Uda Men ketika dia ke Jakarta dulu harga durian di Jalan Gunung Sahari sampai Rp 2.000 sebiji. Disini,... di Mangkisi ini kalau mau menungguinya tak perlu merogo kantong.

* * *