Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 46 -

Entah pesta apa yang sedang diadakan binatang-binatang rimba itu. Suara-suara itu di selang seling lagu dan nyanyian burung-burung yang tak kelihatan. Gema suara rimba yang mempesona dan menenangkan.

Dan temasa alam tidak kepalang pula indahnya. Kalau kita layangkan pemandangan arah ke utara melewati celah bukit Cermin dan bukit Tembilang, alam seolah-olah terbuka dan terkuak. Antara kuakan itu terbentang sebuah temasa alam yang permai. Jauh,... jauh pada tatapan mata kelihatan desa-desa Air Tabit, Situjuh, dan lebih jauh lagi Kecamatan Suliki/Gunung Mas dengan bukit-bukitnya yang lapis berlapis.

Tetapi kalau mata ditukikkan nampaklah aliran batang Sinamar dengan desa-desa Kubang dan sawah-sawah yang berhamparan sepanjang hiliran tepi sungai itu. Laksana sebuah pigura maha raksasa!

Kata papa dari atas sebuah ngalau kecil dari sebelah atas gubuk itu temasa itu semakin bertambah indahnya. Kata papa: ia akan membuat sebuah 'kupel' nanti di puncak ngalau kecil itu.

Pada suatu kali papa menerima tamu seorang bangsa asing. Dia datang dari Australia sebuah benua yang amat jauh letaknya di belahan bumi sebelah selatan. Maksud kedatangan tamu itu ialah untuk mengadakan wawancara dengan papa tentang hasil-hasil karya papa selama ini terutama selama di Medan. Tujuannya untuk dijadikannya bahan-bahan membuat 'skripsi' untuk mencapai gelar doktor dalam bidang bahasa Indonesia. Nama tamu itu Robert Peter Boag. Dipanggilkan Tuan Bob saja.

Dia amat ramah dan pintar berbahasa Indonesia. Menurut keterangannya dia sudah lama belajar bahasa Indonesia dan sekarang sudah fasih benar. Dan memang ia menjadi guru bahasa Indonesia di sebuah sekolah Menengah di Canberra ibu kota Australia