Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/48

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 44 -

7. Laut api, bukit api.

Memang benar apa yang dikatakan mak. Masih amat banyak yang harus dikerjakan sebelum bibit kopi itu ditanam apalagi menjadi besar. Kami tetap mengikuti dan memperamati setiap perubahannya dan setiap tahap pekerjaannya. Papa dan mak hampir setiap hari pergi ke ladang. Kami hanya pada hari-hari besar atau hari Minggu saja.

Sesudah dua minggu kemudian baru kami dapat pula pergi ke ladang. Hamparan hijau semak belukar tempoh hari sekarang sudah berubah warna menjadi dataran yang bewarna kuning ke coklatan karena daun-daun semak belukar yang di tebang dan dirambah itu sudah mersik. Batang-batang pohon yang di tebang bergelimpangan disana sini. Tunggul-tunggul bertonjolan di sepenuh daerah peladangan itu.

Itulah tahap pekerjaan sekarang. Pohon-pohon yang saling tindih bertindih itu disisik dan dikumpulkan. Pohon-pohon yang besar disisik dahan-dahan dan ranting-rantingnya. Kayu itu dikumpulkan dan disandarkan di sebatang batang baru yang besar. Dibawah pokok baru itu terdapat bekas pondok mengempa gambir Tu' Layau masa dahulu.

Diperumahan bekas pondok gambir itu sudah didirikan sebuah pondok. Sebuah pondok sederhana yang besarnya kira-kira 3 x 4 m. Tetapi atapnya seng, lantainya papan dan dindingnya tadir.

Dan ketika gubuk itu siap sudah merupakan berita hangat bagi penduduk desa. Rupanya atap gubuk itu terlihat dari jauh, apa lagi ketika hari panas. Penduduk jorong Kubang dapat melihatnya dengan jelas. Semua orang bertanya-tanya: pondok apa yang terletak di tengah-tengah daerah perbukitan itu.