Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/35

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 31 -

sud dengan kelarasan ialah cara pemerintahannya. Kedua kelarasan itu ialah : Bodi Caniago dengan Koto Piliang. Bodi Caniago dengan sistem demokrasi seperti dalam negara kita sekarang. Dan Koto Piliang sebagai cara be raja-raja (feodal).

Penghulu memegang hak tanah ulayat. Raja-raja memegang hak memungut bea cukai. Yang menjadi tanah ulayat ialah: hutan tanah atau tanah mati yang tidak mempunyai pemilik pribadi. Daerahnya ialah: rimba, gunung, bukit, padang, paya rawang, lurah sungai, tasik danau.

Para penghulu boleh mendapat keuntungan dari daerah yang dikuasainya itu. Dalam kata-kata adat dikatakan: ' kesawah berbunga emping, ke rimba berbunga kayu, ke tambang berbunga emas.

Peraturan adat dalam memungutnya dibagi kepada empat macam yang dinamakan: adat bunga kayu, adat takuk kayu, adat bunga tanah dan adat tanam batu.

Seseorang ingin hendak membuka ladang dalam rimba. Ia harus meminta izin kepada penghulu yang punya ulayat. Kepada orang itu akan ditunjukkan batas-batas sampai dimana ia boleh mengusahakannya. Sesudah ada persetujuan ia akan mengisi adat kepada penghulu. Itulah yang dinamakan adat takuk kayu.

Jika meneruka tanah mati, keuntungan bagi penghulu yang punya ulayat sepuluh persen dari hasilnya.

Penghulu dalam pesukuan kami gelarnya Datuk Bagindo Rajo. Ia mempunyai dua bidang tanah ulayat dalam rimba Mangkisi. Tanah ulayat itu cukup luas. Dan satu bidang ada pula riwayatnya.

Pada suatu masa, puluhan tahun yang silam seorang nenek moyang memberikan sebidang tanah ulayat itu kepada anaknya. Nama nenek moyang kami itu Tu' Layau. Masih ingat bukan? Secara adat pemberian itu dinamakan: 'hibah'. Tetapi ada pula ketentuannya.