Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/28

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 24 -

dan sebuah lagi sebelah sana lagi demikian seterusnya. Sesudah ditahan pancing nomor lima kembali memeriksa pancing yang ditahan mula-mula. Kosong! Nomor dua: horeee..... terberat. Saya sentak pancing dengan hati-hati dan dalam sinar senter kelihatan hasil tangkapan pertama: seekor ikan limbat yang beratnya kira-kira 10 kilo gram,...... oh, maaf salah hanya kira-kira 10 gram atau sepersepuluh ons. Jadi seekor limbat yang keciiiil sekali, barangkali cucunya atau barangkali cicitnya. Namun tak boleh dibuang hasil pertama ini sebab membuat kesialan. Dan kita tak peduli sebab dalam air yang liar semua hantam terus sekalipun yang dapat bayi limbat yang baru berumur tiga hari.

Si Siar sudah sibuk pula. Pada tali pancingnya terbuai-buai seekor limbat yang sejengkal panjangnya. Timbul kecemburuanku melihat Sihar sudah mendapat limbat yang gede. Tetapi pada pancing nomor lima sudah tergayut pula seekor kakek limbat yang amat besar.

Demikianlah kami memudiki batang Mangkisi itu semakin lama semakin jauh ke udiknya. Dan rimba semakin lebat. Bermacam suara sudah terdengar tetapi kami tak peduli. Keasyikan memancing tidak membuat takut. Walau inyik belang sudah ikut membuntuti kami. Kalau memang ada sang inyik, lemparkan saja seekor yang paling besar. Dia akan senang dan tidak akan mengganggu lagi. Tak tahu malampun sudah semakin larut.

Eh, apa itu kelihatan bergerak dan berkilat-kilat? Kami senter. Kelihatan seolah-olah seonggok kain warna warni yang berkilauan. Kami senter,.... aduuuh, tanpa bicara mengatakan apa yang kelihatan cepat kami kemasi ikan-ikan kami dan pancing terus kami keluar dari batang air dan naik kedarat. Tanpa komando pula kami balik gerak menuju desa kembali.

Sesudah jauh dari situ barulah kami saling bertanya apakah