Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 14 -

sekitar api unggun itu terbeliak sebesar-besar jengkol.
Apa pula yang bermunculan ini? Mereka tak dapat memberi nama makhluk-makhluk hitam legam yang bermunculan itu. Ia datang terhuyung-huyung dan kini sudah menjadi tiga.......

Akhirnya mereka menemui juga nama makhluk itu yang diteriakkan sekuat-kuatnya oleh seorang anggota rombongan:

"Hantuuuuuuu,..... hantuuuu,....!"

Mereka bertemperasan lari, pontang panting. Yang satu diikuti oleh yang lain. Tak tentu tujuannya.

Akibat gangguan hantu-hantu itu mereka tak pernah datang lagi. Sepilah daerah pertambangan itu. Dan tak pernah emas dicari lagi. Yang tertinggal hanyalah sebuah anak air disebelah bawah daerah pertambangan itu, yang dinamakan 'Anak air Siran'. Anak air itu berasal dari air yang digenangkan di daerah tambang itu dan sudah berubah airnya menjadi merah.

Kini tambang itu tak pernah dikerjakan lagi. Padahal kemungkinan emasnya masih ada. Malahan masih banyak yang terpendam dalam buminya.

Belum habis cerita kita tentang emas.

Menurut kepercayaan orang emas itu ada 'induk’nya. Induk emas itu ada yang berbentuk bola menyala, ada yang berbentuk ular yang menyala juga. Induk emas itu terbang kesana kemari. Sering dilihat orang induk emas itu melayang-layang diatas permukaan air batang Sinamar. Atau dalam daerah perbukitan itu. Ke daerah pertambangan itu acap kali juga induk emas itu datang.

Walau bagaimana semuanya itu memberi tanda bahwa di daerah kami ini ada terdapat emas. Pernahkah Pemerintah mengadakan 'survey' di daerah ini? Entahlah, mana Lis tahu.
Semoga paduka bapak yang mulia Menteri Pertambangan Republik Indonesia membaca juga kisah ini sehingga tergeraklah hati