Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/17

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 13 -

saluran air untuk menggenanginya.

Air itu digenangkan di tempat itu lalu di kacau-kacau. Sebentar-sebentar mereka membungkuk mengambil sesuatu yang berkilauan dari batu bercampur kersik dan tanah itu. Apa itu yang berkialauan? Tidak lain ialah: emas, yaa, emaaaas......

Tu' Layau yang mengintip pekerjaan mereka dari atas sebatang pohon besar dan rimbun daunnya menjadi melotot matanya. Seakan-akan bola matanya hampir terbudur keluar. Rupanya rombongan itu mencari emas. Mana emas yang didapat dimasukkan mereka ke dalam sebuah perian.

Daerah tempat mereka mencari emas itu termasuk kenegarian Balai Panjang. Tetapi bagaimana melarang mereka? Tu' Layau tidak punya keberanian. Dan tidak tahu pula caranya. Tetapi akhirnya dia mendapat satu cara pula yang licin dan halus.

Pada suatu malam rombongan yang bermalan di hutan itu mendapat gangguan. Mereka tidur di sebuah pondok yang dibuat begitu saja. Dimuka pondok dibuatnya sebuah unggun yang besar. Unggun itu mendatangkan hawa panas dan cahaya terang. Binatang buas tak berani datang ke tempat unggun itu. Jadi ada beberapa macam pula gunanya.

Sebelum tidur rombongan itu asyik bercakap-cakap, seenaknya dengan suara keras. Barangkali tentang rencana mereka dengan emas-emas yang sudah didapatnya. Atau tentang apa saja.

Tiba-tiba,...... ya tiba-tiba......

Terdengar suara 'huuuu,....huuuu,...huuuuu....' yang aneh dan menakutkan. Kemudian tampak ada sesuatu yang muncul dari kelompok hutan. Dalam cahaya api unggun yang muncul itu terlihat samar-samar. Sebuah sosok yang hitam legam, tinggi besar, bergoyang kian kemari. Kepalanya amat besar dan ada juga matanya besar dan merah,.....

Lalu dari arah yang lain muncul satu lagi,.....

Mata anggota rombongan yang sedang asyik ngomong-ngomong