Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/13

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

- 9 -

kelihatan yang tampak hanya palungnya saja.

Di perbatasan horison (ditepi langit) berbaris-baris bukit barisan yang berlapis-lapis. Yang kelihatan hanyalah sebaris saja. Selainnya terlindung. Di beberapa tempat ada puncak-puncaknya. Semua puncak itu ada bernama. Yang Lis ketahui ialah bukit Cermin dan bukit Tembilang. Kedua bukit itu seakan-akan terkuak, disebelah belakangnya membelintang sebuah bukit pula yang bernama bukit Situka Jaring. Ada juga kisahnya nama bukit itu.

Di sebelah timur barisan bukit itu ialah daerah Kampar Kir (Riau Daratan). Rupanya zaman dulu orang-orang yang datang dari daerah itu membawa jaring (jengkol). Dan di bukit itu lah diadakan 'barter', pertukaran barang-barang. Oleh sebab itu lah dinamakan bukit itu Situka Jaring (tuka=tukar).

Antara kedua bukit pertama tapi terdapat sebuah lembah. Dalam lembah itu mengalir sebatang anak sungai kecil, namanya batang Mangkisi. Itulah salah satu jalan untuk masuk kedalam daerah hutan itu. Pada mulut lembah itu terletaklah sebuah desa kecil namanya 'Lurah Bukit'. Itulah desa tempat Lis tinggal. Tak berapa buah rumah yang ada disana, hitung belasan saja.

Tetapi pada waktu Lis ber kisah itu bila orang lewat malam hari di tikungan itu akan terlihat kelap kelip cahaya lampu listerik berpencaran disana sini. Itu bukan listerik dari P.L.T.A. Tetapi adalah listerik usaha pribadi seorang penduduk Lurah Bukit. Dan penduduk itu ialah papa Lis sendiri.

Kalau kita memasuki daerah perbukitan itu yang sekali gus merupakan daerah rimba raya, setengah hari perjalanan kita akan sampai di sebuah tempat yang bernama Subayang. Disana ada pula sebatang anak sungai kecil yang bernama batang Subayang juga. Airnya mengalir ke daerah Riau. Di Subayang itu tidak ada desa