Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/357

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kjai Modjo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama desa Madjan. Sedjak zaman pendjadjahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Madjan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan Kepala Desanja seorang Kjai jang statusnja turun- tumurun.

Dan baru 10 tahun belakangan ini statusnja desa itu sudah dimasukkan didalam Kabupaten Tulungagung sehingga Kepala Desanja djuga langsung pilihan rakjat.

Pembuatan Batik Madjan ini merupakan naluri (peninggalan) dari kesenian membuat Batik zaman perang Diponegoro itu.

Warna babaran Batik Madjan dan Simo adalah Unik karena warna babarannja merah menjala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnja dari tom. Sebagai Batik sentra sedjak dahulu kala terkenal djuga didaerah desa Sembung, jang para Pengusaha Batik kebanjakan berasal dari Sala jang datang di Tulungagung pada achir abad ke-19. Hingga sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala jang menetap didaerah Sembung.

Selain dari tempat tersebut djuga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan djuga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembalikan sebagai keradjinan rumah tangga dan babarannja Batik Tulis.

2. Tjiri chas dan perkembangan pembatikan:

Sebagaimana jang dilakukan oleh pembatikan² ditempat-tempat lain maka proses pembatikan di Tulungagung pada awal abad ke-20, lilinnja memakai lilin lantjeng, lilin kote serta gondorukem dan gadjih.

Adapun bahan pewarnanja dari kulit pohon salam, kulit pohon mauni dan kulit tingi jang dikuatkan dengan direndam kedalam lumpur sungai karena belum dikenal saren gamping. Djuga pada pertengahan abad 19 didaerah Tulungagung Utara terdapat Onderneming tanaman tom (indigo) jang diselenggarakan oleh Maatschappy Belanda.

Dengan itu sedjak dahulu masjarakat Tulungagung sudah biasa menggunakan tanaman tom untuk bahan pewarna pakaian. Perusahaan Batik Tjap jang pertama dirintis oleh Pak Mad Djais didesa Sembung disekitar tahun 1907 dengan soga kulit salam dan wedelan tom.

346