Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/338

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Belanda jang tergabung dalam "Big Five" dengan pedagang² besar Tjina/Arab di kota² pembatikan selama ini memakai sistim kredit djangka pendek lebih kurang 3 bulan. Dari pedagang Tjina/Arab ini kepada pengusaha batik bangsa Indonesia diberikan pula kredit djangka pendek satu atau dua bulan atau dengan tjara pertukaran bahan baku dengan hasil produksi batik.

Oleh karena Batik Bond mau membeli langsung pada para importir dan importir tidak mau kekurangan langganannja selama ini, maka kepada kita diwadjibkan transaksi dengan tunai dan ini tidak mungkin dilaksanakan oleh para pengusaha batik. Akibat perdjuangan para pengusaha batik didaerah-daerah lainnja jang mendesak pada Pemerintah dalam hal ini Departemen van Economische Zaken maka untuk menetapkan harga cambric dan mengatur perdagangannja dibentuklah "Cambrics Convenant" di Semarang dan Greys Convenant di Djakarta.

Antara Departemen van Economische Zaken dan Convenant diadakan perundingan untuk menetapkan harga cambrics dan grey jang menghasilkan tiga tingkat harga jaitu:

  1. langganan A: adalah pedagang perantara besar, terutama terdiri dari bangsa Tjina/Arab.
  2. langganan B: adalah pedagang perantara ketjil jang terdiri dari pengusaha² batik besar.
  3. langganan C: adalah pengusaha² batik ketjil.

Perbedaan harga masing² tingkat bergerak antara 2 — 15 sen setiap blok/pis kain putih. Para pengusaha batik ketjil jang disebut langganan C itu menggabung kedalam Batik Bond dan berusaha supaja dapat membeli dengan tingkat harga A. Usaha untuk membeli dengan tingkat harga A ini berhasil, tetapi harus tunai dan ini tidak mungkin, karena selama ini hidupnja para pengusaha batik mendapat kredit dari Tjina. Disinilah tekanan² jang kita peroleh dari bangsa Belanda dan kepada bangsa Tjina mereka memberikan fasilitas jang lebih baik dalam transaksi perdagangan dan kredit.

Usaha Batik Bond ini berdjalan sampai petjahnja perang dunia ke-II tahun 1939 dan waktu Djepang masuk ke Indonesia kegiatan Batik bond tidak kelihatan lagi. Waktu pendudukan Djepang itu kegiatan produksi batik djuga berkurang, diakibatkan bahan baku dari luar negeri tidak masuk dan sebagai bahan baku ditjukupi dengan

327