Lompat ke isi

Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/30

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1. MASA SEBELUM PERANG DUNIA II DAN MASA PENDUDUKAN DJEPANG.

Bahan baku dari batik adalah mori atau Cambric jang pada tahun² sebelum Perang Dunia I dan bahkan sampai Perang Dunia II seluruhnja diimpor dari luar negeri. Dengan demikian segala masalah jang menjangkut penjediaan mori atau Cambric ini senantiasa mendjadi pusat perhatian dari dunia pembatikan. Sebelum perang dunia I impor cambric untuk keperluan pembatikan seluruhnja dari Eropa, terutama dari Nederland. Barulah pada tahun 1927 Djepang mulai mengexpor morinja ke Indonesia guna memenuhi kebutuhan mori bagi pembatikan. Semendjak itu mulailah terdjadi perang tanding dalam penjediaan mori antara Nederland versus Djepang. Dengan harganja jang djauh lebih murah dan kwalitetnja jang ternjata lebih tjotjok untuk pembatikan (mudah „makannja” soga dan tjelepan) . Dengan tjepat mori ex Djepang mendesak kedudukan mori ex Nederland dari pasaran penjediaan mori buat pembatikan di Indonesia sehingga pada tahun 1933 perbandingan impor mori dari Djepang dengan impor mori dari Nederland adalah 85 banding 15. Menghadapi situasi jang sedemikian sudah tentu pihak pendjadjah jaitu Belanda dengan sistim ekonomi kolonialnja mengadakan tindakan balasan dengan mempersatukan segenap importir mori Belanda sehingga lahirlah Cambric Convenant. Kelandjutan jang logis dari usaha ini ialah segera diadakannja undang2 pembatasan masuknja Cambrics dari Djepang atau "Contingenteering ” jang mendasarkan dirinja pada hak sedjarah atau historisch recht. Djelaslah dengan demikian maksud dan tudjuan pemerintah kolonial Belanda waktu itu ialah bahwa dengan usaha seperti tsb. diatas dimaksudkan untuk melindungi industri tekstil dinegeri Belanda dengan terutama mengexploitir tanah djadjahannja. Pemerintah Djepang sebagai reaksi pertama ialah mengirim misinja ke Indonesia jang dipimpin oleh Dr. Nagaoka untuk membitjarakan dengan Pemerintah Kolonial Belanda achir bulan Maret 1934. Perundingan sampai dua kali diadakan dan menemui djalan buntu. Awal bulan Djuni 1934 Pemerintah Belanda mendekati pengusaha’ batikdi Pekalongan, Jogja dan Solo supaja memberikan backingnja dalam menghadapi Djepang. Delegasi pengusaha batik disuruh datang di Batavia menghadapi Dept. v.E.Z. Pada tanggal 4 Djuni 1934 berangkatlah delegasi dari Solo R. Wongsodinomo R. Danubroto dan

19