Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/271

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Dalam tahun 1953 pengurus PPB PEKADJANGAN mengadakan penindjauan kepabrik² tekstil di Bandung dan pabrik Java Teksti Maskapai (ITM) di Tegal. Setelah penindjauan ini direntjanakan oleh pengurus untuk mendirikan pabrik peradjutan jaitu Kaos Singlet dengan modal sebesar Rp. 1.500.000,— terdiri dari: mesin² peradjutan 4 buah seharga Rp. 600.000,—, biaja gedung Rp. 400.000.— dan modal kerdja sebesar Rp 500.000,—. Sampai Pabrik Kaos ini selesai maka ditetapkan investasi sebesar Rp. 3.000.000,— dengan perbandingan modal sebagai berikut : mesin² lengkap Rp. 1.909.489, gedung dan tanah Rp. 537.149,— gardu listrik Rp. 154.150,— inventaris lengkap Rp. 126.183,— dan modal kerdja Rp. 219.000.— Setelah adanja tindakan moneter dari Pemerintah maka menurut meratja achir 1967, investasi harta tetap tinggal lagi seharga Rp. 471.993,— Produksi Pabrik Kaos untuk tahun 1963 menghasilkan sebanjak 13.793 dosin dan 1966 sebanjak 18.287 dosin dan 1967 sebanjak 16.169 dosin. Djumlah karyawan tetap Pabrik. Kaos sebanjak 10 orang dan lainnja pekerdja harian.

Pabrik Blatju :

Pabrik Blatju ini direntjanakan dalam tahun 1954 dan selesai dalam tahun 1956. Kapasitas dari mesin tenun direntjanakan 100 ATM dan alat² mesin perlengkapan lainnja serta pembangkit tenaga listrik. Direntjanakan investasi semula sebesar Rp. 6.000.000,— dan ternjata setelah selesai membutuhkan biaja sebesar Rp. 6.214.052,— terdiri dari: biaja mesin² Rp. 3.138.963.— biaja gedung dan tanah Rp. 2.005.417,— instalasi listrik Rp. 813.580,— dan inventaris sebesar Rp. 256.093,-—. Perlangkapan mesin² jang dipunjai ialah : 100 buah mesin SUZUKI, 2 buah mesin palet, 1 buah mesin lipat, 1 buah mesin ketel uap, 2 buah klossentrek, 1 buah mesin kandji, 1 buah mesin klos dan alat² perlengkapan lainnja. Pabrik Blatju dapat menghasilkan satu tahun sebanjak 12.553 pis dan 20.513 meter atau semuanja 572,745 meter (1963). Rentjana perluasan mesin tenun sampai 300 looms telah disetudjui prinsipnja oleh Pemerintah dan dalam tahun 1961 telah mendapat djatah devisa Rp. 61 djuta tidak bisa direalisir karena adanja peristiwa Trikora ,,Irian Barat”. Keinginan mengadakan perluasan pabrik dilaksanakan terus dan dalam tahun 1964 melalui GKBI didatangkan 23 buah ATM SUZUKI dan 18 ATM ex, RRT. Dalam tahun 1965 didatangkan lagi 60

260