Lompat ke isi

Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri IV.pdf/57

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

par. . . . . ..

= Sungguh djauh berbeda kehidupan manusia 2 antara si-miskin dan sikaja ini, se-akan2 bagaikan bumi dan langit .:...”

= Liem Tjiong belum djuga memedjamkan matanja, pikirannja djauh melajang. melamun, tentang kehidupan orang 2 miskin dan bangsawan. . . . . ..

Tiba² telinganja jang tadjam mendengar suara2 jang gandjil Liem Tjiong bertjekat dan melontjat bangun, ia mengintip keluar melalui tjelah2 dinding jang berlobang.

Dipuntjak gunung Hong Swat San, nampak dengan terangnja unggun api jang menjala njala ber-kobar2, se-akan2 menjundul langit, Haija,! Liem Tjiong mengeluh dan amat heran . . . . . . .

Gudang merang jang ditinggalkannja itu, kini telah mendjadi mangsa api jang mendjilat dan menelannja sampai habis.

Aku tidak habis berpikir, dimalam hari dan bersamaan dengan turunnja saldju keatas bumi ini, mana mungkin ada kebakaran? Dan lagi tatkala aku meninggalkan gudang merang itu, tidak djuga aku meninggalkan batang korek api maupun lilin . . . . . . . . . .

Pasti oranng² suruhan Ko Kiu sibinatang berwadjah manusia itu jang mulai beraksi dan ingin membakar aku, baik aku maneliti dan sekalian menjergapnja.

Liem Tjiong lalu meringkaskan pakaiannjaa, tidak lupa ia selipkan Pok Toonja jang

53