Bumiku Yang Subur/Bab 11

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Bumiku Yang Subur oleh A. Damhoeri
Bab 11: Harapan cerah masa mendatang ( Penutup )

11. Harapan cerah masa mendatang.

(P e n u t u p)

Sebenarnya masih banyak yang ingin Lis kisahkan kepada teman-teman. Tetapi supaya jangan membosankan dan ber tele-tele Lis akan meng akhiri cerita ini.

Dengan tidak terasa masa berjalan juga. Sekian tahun sudah lewat. Ladang kopi kami sudah menghasilkan buah. Buah yang sudah di olah dikumpulkan. Pada satu waktu akan dibawa ke pasar untuk dijual. Tetapi belum banyak. Tetapi bila ladang itu dipelihara tentu hasilnya akan semakin banyak.

Kalau sekarang kita berkunjung ke ladang kami akan terlihat antrian batang-batang kopi yang sudah besar-besar. Sebahagian ada yang kurus, merana. Entah apa sebabnya. Tetapi ada pula yang amat subur dan sarat dengan buahnya.

Bila kami datang ke ladang, daun-daun kopi itu melambai-lambai. Seakan-akan mereka berseru: "Selamat datang, Lis!"

Tanaman yang hidup tetapi tak bisa berbicara. Namun mereka seakan-akan berbicara:

"Pelihara kami baik-baik, yaa Lis? Pada satu waktu kami akan membalas jasa dan budi kalian dengan buah kami yang merah-merah. Siangilah kami, pupuklah kami, jagailah kami. Kalian bisa menggantungkan harapan pada kami kelak....."

Dalam pada itu beberapa perubahan penting sudah terjadi. Akibat pesatnya pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah. Sekolah kami sudah menjadi dua. Tidak berapa jauh dari gedung sekolah yang lama sudah dibangun sebuah gedung sekolah yang mewah dan bagus. Sekolah Dasar Inpres.

Pada waktu Lis membuat kisah ini penduduk desa baru saja bertegak 'kuda-kuda' Sebuah gedung sekolah Inpres yang baru sudah dibangun pula di Seberang Air. Tempatnya di Labuh Basilang yaitu simpang jalan ke desa kami Lurah Bukit. Oh, Lis ber cita-cita dapat nanti menjadi guru di sekolah yang baru itu.

Sudah selama berabad-abad belum pernah daerah kami di jejak oleh roda empat. Tetapi sekarang mobil sudah sampai di desa kami. Sudah dibangun jalan yang menghubungkan Taram dengan Seberang Air. Malahan sudah sampai ke Sungai Ipuh. Suatu yang beberapa tahun yang silam masih merupakan sebuah khayalan. Sekarang menjadi kenyataan. Sayangnya jalan itu sekarang sudah rusak-rusak. Dan belum ada jambatannya.

Untuk pertama kali dalam sejarah kami melihat mobil sampai di desa kami Lurah Bukit.

Kemudian tentang listerik.

Listerik P.L.T.A. yang besar itu sudah menjangkau ratusan desa-desa di seluruh Sumatera Barat ini. Apalagi kalau P.L.T.A. Maninjau sudah selesai. Ratusan bahkan ribuan desa-desa akan diterangi pula dengan listerik. Di daerah kami jalur listerik sudah sampai ke Air Tabit, Batang Tabit, Andalan, Mango, Pakan Sabtu dan sudah sampai Pakan Rabaa. Dan kini sedang dilanjutkan ke Labuh Gunung dan Sitanang.

Tetapi daerah kami sendiri yaitu Seberang Air, entah kapan. Beberapa tahun papa sudah merencanakan akan membuat listerik sendiri di Lurah Bukit. Karena ada sumber air yang dapat dipakai untuk memutar turbin. Yaitu di Batang Mangkisi. Tetapi rencana papa itu belum terlaksana. Tetapi akhirnya listerik menyala juga di Lurah Bukit.

Papa menerima honor dari buku-buku Inpres yang dikarangnya. Dari hasil honor itu papa sanggup mengganti mesin giling padi kami. Mesin giling yang lama (huller) sudah ditukar dengan yang baru yang lebih besar dan lebih modern.

Mesinnya merek Andoria 12 PK. dan mesin gilingnya merek Iseki yang mungil dan kuat serta cepat kerjanya. Motor yang lama dijadikan pemutar sebuah generator dengan kekuatan 3.000 watt. Papa sendiri yang memasang kabel-kabel listerik sepanjang jalan-jalan di desa kami. Sehingga rumah kami, kompleks gilingan padi, kantor, mesjid dan ruman-rumah penduduk sudah dapat diterangi dengan lampu listerik. terang benderang dan gemerlapan di malam hari.

Berdirilah teman di Kelok Talago yang sudah di kisahkan itu pada malam hari. Akan kelihatan di kejauhan kerlap kerlip lampu neon,- ada yang bewarna warni,- bagus sekali. Di sebuah desa di kaki bukit barisan. Itulah desa Lurah Bukit di malam hari. Kini T.V. kami sudah dijalankan dengan tenaga listerik itu. Kalau Lis menerika Lis mempergunakan seterika listerik.

Semuanya adalah dengan usaha papa. Sayang belum ada 'pensiunan teladan'. Jika ada Lis percaya papa akan termasuk salah seorang dari pensiunan teladan itu. Apakah tidak ada rencana dan gagasan Pemerintah untuk mengadakan pula pensiunan teladan itu?

Nah, teman-teman. Sudah cukup panjang dan banyak yang Lis kisahkan. Agaknya sudah cukup sampai disini dahulu. Semoga kita akan berjumpa pada kesempatan lain. Daaaaaag......

****